"Apakah itu suara gerimis?" tanyaku pada sunyi. "Ya tepat sekali, ada apa?" balas sunyi.
"Tak apa-apa, itu artinya aku ada di tahun baru, tahun dimana gigiku sudah tanggal merata, rambutku berwarna perak, dan penglihatanku tertutup gerimis."
Lalu sunyi pergi mendadak ke belakang, ia gulung semua kalender lama, dan menggantungkan kalender baru pada harapan. Aku menunggunya sambil meremas jemariku, menahan gigil dan lambung yang semakin kempis.
"Mengapa kau lama kembali ke kamar ini?" tanyaku pada sunyi. "Aku sedang berselisih dengan malaikat" balas sunyi. "Selisih tentang apa?" aku keheranan dan bangkit menyodorkan tanya. "Seratus bidadari telah lama mendekap kalender dari umurmu?" jawab sunyi singkat.
"Jadi, aku harus bagaimana?" pintaku penuh harap. Kamarku sekejap hening, kucari sunyi di setiap sudut kenangan, tak kutemui apapun. "Aku telah mencabut sunyi, kini hanya kau seorang diri" kata Malaikat seraya berdiri di pintu kamarku.Â
Sebelum terpejam, suara gerimis menjadi hujan deras, nampak petir menjatuhkan kalender dari langit bertubi-tubi.
SINGOSARI, 1 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H