Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Hari Ibu dan Riwayat Puisi

21 Desember 2019   09:10 Diperbarui: 21 Desember 2019   21:05 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membatu. (sumber: pixabay.com/herm)

Puisi sekarang tidak ada yang singkat. 
Jika perlu satu halaman padat.  

Apa itu pertanda penyair semakin hebat? 
Bukankah diksi-diksi tetap sehat? 

Puisi sekarang tidak ada yang merayu nekat 
Sebab perempuan sudah tahu puisi 
mana yang memiliki syahwat, 
atau dompet-dompet yang berisi lebat. 

Apa itu pertanda perempuan terampil berfirasat? 
Bukankah cinta dan puisi hidup lekat? 

Entahlah, 

Ibuku juga luluh dengan ayah gara-gara 
puisi. Rayuan yang disodorkan langsung 
dikemas tanpa tawar menawar.

Kini, di hari ibu yang ke dua puluh kalinya,
ayahku sedang mencuci sepeda motor,
membersihkan rumput, menguras kamar mandi
dan menjemur burung kesayangannya.

Apakah ayah tak membuat puisi lagi
di saat hari ibu? apakah ini pertanda kiamat?

"Belum, belum kiamat nak, ibu masih menawar
belanja sayuran di pasar, ibu juga masih
ingin menyeduh teh tawar untuk ayah"
tukas ibu.

"Bukankah dengan puisi cinta ayah tak ada tawar menawar bu?" tanyaku.
"Ya betul, hari ibu adalah hari tanpa menawar kehidupan dan kasih sayang" pungkas ibu.

SINGOSARI, 21 Desember 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun