Sebuah nomor telepon menghubungiku,
katanya disana ada sekumpulan sunyi
menyerang dari berbagai mata angin.
Hidup memang membingungkan.
Ada yang ingin sendiri walau di
tengah keramaian.
Banyak pula ingin beramai-ramai,
setelah bosan menyendiri.
Kususuri gulita, menyibak gerimis,
menepikan warung remang-remang
dan menyapa bulu mata palsu
yang tertinggal di bangku taman kota.
Bioskop telah sepi, bank-bank tak
ada antrian, restoran cepat saji kian
lambat waktu. Supermarket menahan
kantuk. Kantor polisi berbincang
hangat dengan tahanan. Kusiapkan
kantong-kantong sunyi.
Embun pagi menghardikku,
mengapa tak mengisi pulsa
untuk menelepon balik, kemana
sunyi ini akan dibawa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H