Aku terpaksa menutup wajahku
dengan secarik sewek batik milik nenekku
bukan karena mentari sedang memanggang
peradaban
Aku malu dan sedikit bersembunyi
dari kejaran kirab budaya yang
membelah kemacetan
jalanan
Aku juga takut jangan sampai
orang-orang asing itu
melihatku
Sementara,
orang-orang asing itu terus
berjoget diantara dentuman
musik diskotik, diikuti penari
yang pakaiannya tidak sama
dengan sewek batik nenekku
Aku jadi yakin,
ini kirab budaya di negeriku
yang pesertanya dari orang asing
mirip sekali dengan terasingnya
gamelan dan sewek batik nenekku
Maafkan aku,
tak mampu membangunkan
budayawan dan seniman
negeri ini, mungkin suaraku kalah dengan dentuman
musik disko yang sedang menusuk telinga
MALANG, 29 SEPTEMBER 2019
Saya bukan menyoal kirab budaya, karnaval budaya, bersih desa, atau apapun istilahnya. Saya juga tidak menyoal kemacetannya. Saya hanya bercerita saja tentang tarian Indian yang dianggap Kalimantan, serta tarian disco yang mengenakan busana Bali. Jadi maafkan segala ketidaktahuan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H