Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu Kota dan Anak Bajang: Mini Fiksi

29 Juli 2019   18:45 Diperbarui: 29 Juli 2019   19:05 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://articulosparapensar.files.wordpress.com

Pada malam ke empat puluh hari, rombongan hantu kota mulai letih. Mereka putus asa jika harus berjuang di siang hari. Sekian lama perjuangan tidak memperoleh hasil. Justru kini makam mereka semakin semrawut. Rencana besok akan dimulai pembongkaran makam untuk perluasan jalur lintas selatan oleh pemerintah kota. Supaya lalu lintas tidak macet. Apalagi saat ini banyak pendatang yang kost di kota membawa kendaraan sendiri. Rupanya pemimpin hantu kota mulai teringat satu hal. Saat rombongan hantu kota dan anak bajang mulai putus asa, justru pemimpin hantu kota mengajak mereka untuk melihat dari dekat, bagaimana kehidupan penghuni kost di kota. Sebab menurut cerita orang-orang, ada beberapa kost di kota yang begitu bebas dan berakhir pada perzinahan. 

"Ah, masak aku bicara perzinahan? hahahahaha, basi kan?" tegas pemimpin hantu kota. "Ayo kita semua ke kost kota, kita kesana saja, siapa tahu ada bapak-ibu yang selama ini telah menelantarkan bayinya." Ajakan ini disambut antusias oleh rombongan hantu kota dan anak bajang. Sesampai disana, di kamar-kamar kost itu, rombongan hantu kota dan anak bajang berhamburan mencari sendiri kamar-kamar yang dihuni oleh pasangan mesum. Mereka justru menggoda pasangan lupa dosa itu untuk melakukan perzinahan. Seluruh anggota rombongan hantu kota dan anak bajang bergembira dan lupa dengan tuntutan unjuk rasa mereka sendiri. Rupanya mereka asyik menggoda anak manusia berulangkali tanpa bosan.

Malang, 29 Juli 2019 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun