Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Keadilan

22 Juli 2019   14:48 Diperbarui: 22 Juli 2019   16:56 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thumbs.imagekind.com

Puisi-puisiku memang belum jadi, rumah kita memang tak berakar, selalu goyang diterpa hinaan. Kamar kita juga begitu buas dipenuhi alang-alang, menjadikan mimpi kita lebih liar. Sebab banyak mimpi yang dibeli dalam terang cahaya. Secara adil, setampan apapun kita jika miskin tetap sia-sia. Takutnya, malah rumah kita roboh menimpa puisi-puisiku.

Dalam dapur yang sempit ini, atap dapur suka bermain hujan. Oleh sebab itu, puisiku selalu basah. Tak terbaca panas. Aksaranya sering menyelinap diantara jabat tangan dingin, serta amplop-amplop berisi panas. Toh, mereka juga tak mau menerima amplop basah. Secara adil, amplop basah berisi air mata, sedangkan amplop panas berisi kertas-kertas yang melemaskan. Jadi tidak perlu tegang-tegang.

Akhirnya kuajak kau di tanah lapang, di halaman rumah kita. Itu pun jika kita punya halaman. Kita tak pandai berhitung. Hanya bisa memetik bintang suka-suka, membiak jadi kata-kata. Siapa yang peduli dengan bintang? mereka hanya tahu bahwa bintang adalah uang. Secara adil uang itu menyinari mata, sedang kata-kata bisa saja mendidih dan tumpah menimpa jantung.

Nah, sekarang silahkan pilih, apakah kau ingin menyelesaikan puisimu? atau dibuang saja bersama-sama. Mumpung ada sungai yang arusnya membuat keram tubuhmu, serta tatapan mata bodoh tentang kemiskinan. Penegak keadilan tak paham tentang puisi kemiskinan. Tapi yakinlah bahwa pasal-pasal keadilan itu dibuat dari puisi kehidupan. Supaya puisimu hidup dan miskinmu mati. 

Malang, 22 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun