Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kembali ke Kota

8 Juni 2019   20:03 Diperbarui: 8 Juni 2019   21:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran semakin menuju paripurna. Perantau menghabiskan kopi setandas-tandasnya. Semua bekal telah ditata reka, olah tangan desa juga terbawa. Rupa-rupa cerita kembali dimasukkan koper coklat tua. Kalender kerja meninju muka. Merajai pikiran penat yang baru saja reda.

Pada saat yang rumit itu, bapak dan ibu seperti terbungkam bisu. Bibirnya bergetar tak menentu. Mereka hanya duduk-duduk saja di ruang tamu, matanya menata ingatan tepat di muka pintu, saat anak-anak mulai melepas rindu.

Anak-anak masih ingin bertemu, bapak dan ibu pun begitu. Ibu masih ingin memasak selalu. Bapak masih ingin bercanda dengan cucu. Jemuran tinggal temali tegang merancu. Busa-busa cucian mengering bersama debu. Foto di dinding menatap keharuan itu.

Perantau memang harus pergi. Mereka tumbuh besar untuk berbakti, pada orang tua mereka serta seisi negeri. Maka, perantau memeluk erat menangisi, segala khidmat dan restu bekal diri. Bait doa mengiringi perantau pergi, berharap bisa kembali, sebelum menyesali diri, tanpa restu orang tua kita tak ada arti. 

Pintu kembali ditutup, api kompor di dapur meredup, kamar-kamar menangis sayup, kedua pipi sudah kuyub, airmata meletup-letup. Suara canda menyisakan degup, perlahan-lahan foto di dinding hidup, menghibur bapak dan ibu hingga terlingkup, pada kubur-kubur yang beratap cungkup.

Kediri, 8 Juni 2019

Mau balik ke kota, rasanya berat, mau tetap di desa rasanya juga malu tak bisa berbuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun