Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies, Kembalilah ke Jalan yang Benar

7 April 2017   06:54 Diperbarui: 7 April 2017   16:00 4089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber : Batam Pos"][/caption]

Kau bukan dirimu lagi...

Kau bukan yang dulu lagi...

Petikan bait lagu yang pernah dipopulerkan Dewi Yul di atas sepertinya cocok dialamatkan pada Anies Baswedan.

Bukan hanya saya, dan saya kira ada banyak orang serasa bermimpi melihat perubahan yang terjadi pada Anies. Sejak ia diusung maju di Pilkada DKI bersama Sandiaga Uno, Anies telah kehilangan dirinya.

Entah roh siapa yang masuk mencengkeram Anies sekarang, Anies yang dulu kita kenal hilang sudah. Fisiknya memang masih ada namun jiwanya sudah bukan lagi Anies yang dulu kita kenal.

Dimulai dari ucapannya yang menyebut jasa Foke sehingga kali atau sungai di Jakarta menjadi bersih dan jernih, ia mencoba membohongi nuraninya. Meski segera dibantah Google, Anies bukannya berhenti. Ia semakin intens melakukan hal serupa, bahkan lebih lagi.

Ia terus berupaya mengerdilkan semua upaya yang sudah dilakukan Ahok demi Jakarta dan warganya. Ia dengan lagaknya yang santun bahkan berupaya habis-habisan untuk menjatuhkan Ahok ke titik 0,  bahkan minus. 

Lalu, ia menawarkan dirinya sebagai pilihan yang lebih baik bagi Jakarta dan warganya. Itulah Anies yang sekarang, beda dengan Anies yang dulu pernah kita kenal ketika ia bersama mendampingi Pak Jokowi berhadapan dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2014.

Tenun kebangsaanpun sudah dirobeknya dengan mengakomodir ormas-ormas radikal yang dijanjikannya akan mendapatkan pendanaan kelak jika ia terpilih. Ia juga dengan malu-malu menyetujui eksploitasi sara yang sangat keterlaluan yang dilakukan pendukungnya demi memenangkan dirinya.

Tidak cukup dengan menjiplak apa yang sudah dilakukan oleh Ahok dan memodifikasinya dengan tambahan plus supaya terlihat lebih keren dan menarik, ia bahkan berani mempermainkan nasib warga dengan janji-janjinya. Rumah milik, dengan dp 0 persen berubah menjadi 0 Rupiah. Karena mustahil diwujudkan, lalu kemudian direvisi dengan harus menabung selama enam bulan. Itu pun  kemudian berubah karena memang tidak mungkin bisa terwujud sekalipun dengan menabung 24 bulan. 

Yang benar aja! Mana bisa dapat rumah tapak seharga 350 juta di Jakarta. "Saya mau beli sepuluh", kata Ahok untuk menyindir Anies yang bicara ngasal tanpa mikir. Kalau dua tiga rumah bisa saja nemu kalau lagi nasib, namun kalau untuk jutaan warga yang belum punya rumah mau nyari kemana si Anies di Jakarta?

Akhirnya si Sandi dengan berlagak problem solver menyebut rumah susun ala Singapura. Kenapa tidak dari awal bilang mau ngejiplak program rusunnya Ahok? Malunya nggak ketahan. Sudah mutar-mutar sambil ngibul, akhirnya ketahuan programnya jiplakan pula.

Namun Anies seakan tidak ada malunya, ia terus dan terus berupaya mendustakan nikmat yang sudah didapat warga Jakarta setelah dipimpin oleh Ahok.

Lebih parahnya, ia bisa menelan ludahnya sendiri yang sudah pernah  disemburkanya ke udara. Okelah, semua ucapannya tentang kubu Prabowo tidak usah ditulis walaupun rekamannya masih tersimpan.

Ia mengkritik Agus Yudhoyono yang tidak berani debat, namun ia melakukan hal yang sama setelah terpojok di debat sebelumnya. Ia dan timsesnya ketakutan bila pogram tipu-tipu rumah tapak  dp 0 Rupiahnya terbongkar jika dikuliti habis di debat berikutnya.

Ia menjanjikan bantuan 3 miliar untuk setiap RW setelah sebelumnya mengkritik program   1 miliar pasangan Agus-Silvi. Seperti kata Agus, integritas dan konsistensi Anies sangat diragukan dan harus dipertanyakan.

Itulah Anies yang sekarang, ia bahkan bisa mengaku punya data dan pada akhirnya dilaporkan ke Polda Metrojaya oleh timsesnya Ahok-Djarot karena fitnahnya tentang 300 kampung yang akan digusur Ahok.

Hal yang sama juga pernah dilakukannya dengan menyebut tanah negara dipakai untuk mendirikan mall. Padahal, di masanya Ahok, tidak ada ijin pendirian mall yang dikeluarkannya. Entahlah, roh apa yang kini menghinggapi Anies sehingga ia bisa sembarangan dalam berkata-kata.

Jakarta tentu bukan kelas sastra, yang mana kepintaran mengolah kata dan bersandiwara menjadi hal yang utama. Jakarta adalah belantara yang memerlukan pemimpin cerdas, berani dan bermental badja. Bukan pemimpin yang doyan berkata-kata dan bersandiwara. MAnies di bibir  dan pintar berSandiwara tidak diperlukan di Jakarta. Itu berguna hanya untuk sinetron atau telenovela di kelas sastra, bukan di Jakarta.

Namun, itulah Anies yang sekarang. Lain dari Anies yang dulu kita kenal. Entahlah, kenapa Anies jalannya bisa sesat begini. Anies tidak lagi menjadi dirinya, ia tidak lagi digerakkan oleh nuraninya. Hasrat menjadi penguasa Jakarta dan bisikan orang-orang di sekitarnya telah mengubah dirinya.

Akibatnya, sekarang kita telah kehilangan Anies. Anies yang ada sekarang bukan lagi Anies kita. Raganya memang masih Anies yang lama, namun jiwanya sudah tidak lagi.

Anies, kembalilah ! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun