Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setelah Upaya Menggembosi Ahok Gagal, What's Next?

23 November 2016   09:10 Diperbarui: 23 November 2016   09:10 1599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat jelas terlihat bahwa yang mereka tuntut sebenarnya bukanlah proses, tetapi agenda yang memang  sejak awal sudah menjadi  target, dan harus terwujud. Dengan kombinasi  kepentingan politik, sentimen agama, dan juga resistensi terhadap Ahok yang terkolaborasi dengan begitu sempurna di kasus Ahok, tekanan pun diarahkan ke Istana untuk mau merelakan atau mengorbankan Ahok.

Istana kerepotan, namun tidak kehilangan akal sehat. Dengan gerak cepat, Presiden dan pembantunya berhasil mengidentifikasi masalah.  Kepentingan yang membaur berhasil diurai, dengan demikian satu persatu bisa diberikan terapi yang tepat.

Dengan konsolisasi ke berbagai pihak, Presiden mampu memberi rasa aman kepada masyarakat, sekaligus menarik garis yang jelas antara mereka dengan pemilik kepentingan di kasus ini. Demikian juga dengan peningkatan status Ahok ke tahap penyidikan, berhasil dengan gemilang memisahkan atau mengurai  kepentingan yang membaur di kisruh Ahok, dan membuatnya teridentifikasi dengan sangat jelas.

Setelah garis pemisah berhasil ditarik dan juga kepentingan berhasil diidentifikasi, situasi pun kini terkendali. Istana dan aparatnya mulai bertindak.  Kepentingan di balik demo, yang tadinya membaur kini sudah terurai. Dengan demikian, bila ada aksi lanjutan, maka motifnya dengan mudah bisa terdeteksi.

Kepentingan politik SBY, yang tadinya dengan lihai bisa menumpang pada sensitivitas keagaman dan resistensi terhadap Ahok, kini tidak lagi bisa bersembunyi. Sensitivitas agama sudah menyingkir dengan peningkatan status hukum Ahok. Demikian juga dengan faktor resistensi terhadap Ahok, kini sedang diterapi oleh polisi dengan rencana pemanggilan terhadap pihak-pihak yang dianggap perlu.

Belum lagi dengan safari politik Presiden dan juga konsolidasi lanjutan yang terus diupayakannya, sangat berhasil menutup pintu bagi mereka yang berupaya masuk dan menekan Istana melalui kisruh Ahok. Keputusan Golkar mengembalikan Setya Novanto  sebagai ketua DPR, dan juga putusan PTUN mengenai kepengurusan PPP ( meskipun secara teoritis berada di luar jangkauan Presiden) semakin menegaskan bahwa Presiden terlalu kuat untuk bisa ditekan, apalagi digoyang.

Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa upaya pelenyapan Ahok positif gagal. Then, what's next?

Kecil kemungkinan bila SBY tidak akan mencari upaya lain untuk Agus Yudhoyono. Karena memang, tidak mudah untuk bisa mengalahkan Ahok dengan cara biasa. Apalagi dengan gagalnya upaya menggembosi Ahok melalui kasus ini. Bukannya turun, popularitas Ahok  semakin melambung dengan semakin banyaknya warga yang akhirnya mengerti apa sebenarnya yang terjadi, lalu kemudian bersimpati. 

Berharap pada pencitraan dan penggiringan opini lewat survey ala LSI nya Denny JA juga semakin mengkhawatirkan. Publik justru semakin antipati dan muak. Apalagi dilakukan dengan metode katrol, yang tidak lebih dari sampah dan harus dibuang pada tempatnya, karena merupakan penistaan terhadap kecerdasan dan juga statistik.

Publik sedang menunggu strategi berikut dari Cikeas untuk Agus Yudhoyono. Namun, memperhatikan kegagalan dengan menumpang di kasus ini, publik sangat pesimis dengan strategi lain yang bisa efektif untuk mengangkat pasangan Agus-Sylvi.

Andai tadinya SBY tidak gegabah menanggapi laporan intelijen error, dan juga konferensi persnya di Cikeas tidak kebablasan, tentu ceritanya akan berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun