Dan memang, kasus Ahok ini bukan perkara mudah bagi Presiden Jokowi. Apalagi sudah terlihat jejak-jejak pemecah belah ikut bermain. Pernyataan seperti kalimat pembuka artikel ini misalnya, kita sangat bisa melihat adanya jebakan di sana. Bagaimana supaya Presiden Jokowi terpancing untuk mengambil jalan pintas dengan "mengorbankan" Ahok guna meredam tuntutan massa. Demikian juga pernyataan A.M. Fatwa yang menulis surat terbuka kepada Presiden Jokowi dengan mengatasnamakan massa  bahwa tidak ada masalah umat Islam dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, namun berbeda dengan Presiden Jokowi yang katanya "dicurigai" berupaya melidungi Ahok.
Belum lagi godaan yang sengaja ditiupkan kepada Panglima TNI untuk "membayangkan" kursi presiden. Pernyataan Ketua MPR/Ketum PAN serta Wakil ketua DPR Fadli Zon dan sejawatnya Fahri Hamzah  yang memperbolehkan pendemo menginap di gedung MPR/DPR, ini merupakan jebakan-jebakan berbahaya. Begitu juga dengan opini yang sedang dikembangkan yakni: "bangsa ini gaduh hanya karena seorang Ahok." Padahal bukan Ahok yang membuat bangsa kita gaduh, namun sikap kita dalam  berbangsalah yang membuat gaduh, sehingga bisa dengan mudah terprovokasi oleh kepentingan yang ikut bermain di kisruh ini.
Dan tentu, masih ada lagi  banyak  jebakan yang dibuat untuk dapat mengecoh Presiden Jokowi. Namun, saya termasuk orang yang tidak pernah berkecil hati dengan keteguhan hati seorang Presiden Jokowi. Dan justru saya melihat kasus ini sebagai blessing in disguise bagi bangsa kita, dimana akan tumbuh sikap kebangsaan yang benar dan tidak lagi terjebak dengan dikotomi agama dan negara, mayoritas-minoritas. Kita akan melihat tumbuhnya rasa kebangsaan dan persaudaraan di antara sesama anak bangsa. Dan inilah yang menjadi modal dasar kita untuk bisa berkembang menjadi satu negara yang kuat dan sejahtera.
Tidak berlebihan, dan memang, justru saat seperti sekarang inilah negara kita memerlukan seorang presiden yang memiliki keteguhan hati. Tidak mengambil kebijakan populer, mudah, dan murah hanya untuk kemudahan dirinya semata, dengan mengorbankan sesuatu yang sifatnya prinsip yakni kebhinnekaan dan kehidupan berbangsa ke depan.Â
Kita juga tahu bahwa kasus ini harus diselesaikan. Keliru bila ada yang beranggapan bahwa masalah ini akan terselesaikan oleh waktu, apalagi hanya dengan prihatin. Presiden Jokowi tentu berbeda dengan pendahulunya, dan kita boleh berharap kepada Presiden bahwa kejernihan hatinya dalam memandang persoalan ini akan mampu menghasilkan suatu keputusan yang benar tanpa mengintervensi proses hukum  tentunya.Â
Tekanan massa dengan ancaman jumlah massa pendemo yang makin besar dan terus menerus dilakukan hingga lebaran kuda bukanlah sesuatu hal yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada rasa takut pada orang benar. Rasa takut hanya akan memberikan keuntungan dan kekuatan kepada pihak-pihak yang mencoba menebar ketakutan. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk kita menjadi takut.
Demokrasi juga tidak semata-mata berarti suara terbanyak, namun harus berlandaskan aturan dasar atau konstitusi, sehingga tidak bisa mengatasnamakan demokrasi lalu melakukan apa saja  yang dikehendaki. Hal itu tentu keliru. Aturan dasar atau konstitusilah yang menjadi pijakan kita berdemokrasi, bukan sebaliknya. Dan inilah yang kita harapkan bisa terwujud melalui kisruh Ahok yang terjadi saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H