Lalu, bagaimana kondisi pertarungan yang akan terjadi?
Tanpa meremehkan Paslon Anies-Sandiaga, kekuatan real mereka sebenarnya hanya massa PKS. Dan itu juga sudah tidak sesolid sebelumnya, karena hampir tidak ada lagi isu sentral selama beberapa waktu belakangan ini yang bisa menyatukan massa PKS. Demikian juga dengan aksi massa yang dulu rajin mereka adakan, belakangan ini terlihat Massa PKS sepi aksi, namun ramai ilusi.
Di samping itu, tidak ada terlihat prestasi atau kelebihan mencolok PKS sebagai partai politik maupun personilnya, baik di DKI maupun nasional, yang bisa menjadikannya layak jual di Pilkada DKI.
Adapun Massa Gerindra, bisa dipastikan sudah hengkang sejak lama, usai Gerindra ditinggal Ahok. Jika pun masih ada, Â itu hanyalah loyalis dan pengurus yang jumlahnya sangat tidak signifikan untuk bisa diandalkan suaranya.Tentu, sangat mungkin bila ada tambahan kekuatan massa bayaran, namun pasti jumlahnya juga sangat terbatas.
Fans Yusril, yang tadinya sangat banyak berharap dengan sosok Yusril untuk bisa menumbangkan ahok, juga mayoritasnya berpindah ke pihak Agus-Sylvi. Sosok Anies sangat tidak representatif untuk bisa menjadi simbol perlawanan terhadap Ahok. Beda dengan sosok Yusril, dengan senyumannya yang khas ketika menyindir Ahok mampu meningkatkan adrenalin mereka yang anti Ahok.
Anies memang sengaja ditarik oleh partai pengusungnya untuk menjadi sosok alternatif, yang mereka harapakan bisa menarik dukungan dari pendukung Pak Jokowi, sekaligus juga mengakomodir massa  anti Ahok. Namun, terlihat strategi ini tidak berhasil. Massa Pak Jokowi tidak begitu signifikan yang mau berpaling ke kubu Anies, demikian juga dengan massa anti-Ahok, mayoritasnya justru berpaling ke Agus-Sylvi.
Dengan demikian perhelatan Pilkada kali ini secara realnya adalah antara nomor urut satu dengan dua. Nomor tiga hanyalah sekedar pelengkap guna meramaikan suasana. Dan ini juga akan segera terlihat dalam survei-survei yang akan bermunculan, yang dilakukan tanpa manipulasi tentunya.
Lalu bagaimanakah hasil akhirnya?
Pilkada DKI harus sukses dan itu nomor satu, siapa gubernurnya itu nomor dua. Kira-kira demikianlah kesimpulannya. Hal ini berarti bahwa Pilkada akan berlangsung dengan damai tanpa keributan.
Bila kekuatan pendukung Ahok mampu memanfaatkan isu kinerja Ahok dan kesinambungan pembangunan, maka bisa dipastikan Ahok-Djarot akan menang dalam satu putaran. Tentu paslon lain akan berusaha menarik isu primordialisme menjadi isu utama Pilkada. Namun, sepertinya perlahan-lahan isu itu akan memudar dan tidak lagi diminati.
Masyarakat tentu tidak bisa tahan berlama-lama dengan aura kebencian dan ketidaksukaan terhadap sosok Ahok. Sampai level tertentu, hal tersebut akan berubah dan berbalik menjadi simpati ketika isu dimaksud dieksploitasi sedemikian rupa hingga melewati ambang batas yang masih bisa ditoleransi.