Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keliru Bila Takut Ahok Akan Menang

22 Oktober 2016   23:11 Diperbarui: 23 Oktober 2016   07:07 2432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : facebook Ahok

Ini tentu menjadi masalah besar tatkala ada benturan kepentingan di dalamnya. Padahal sama-sama mendasarkan klaim atas keyakinan yang serupa. Namun bisa menjadi berbeda ketika kepentingan yang ada di belakangnya berbeda.

Lalu siapa yang benar?

Tentu mereka yang benar tidak perlu takut. Karena mereka yang salahlah yang perlu takut. Takut bila kepentingannya tidak terlaksana. Takut bila hasratnya tidak terealisir. Takut bila tujuannya tidak terwujud. Ketakutan ini seringkali membuat sesorang tidak lagi rasional. Bahkan tidak jarang terperangkap pada kebohongan dan kemunafikan.

Jika ini dibiarkan, maka sangat dekat pada kebodohan. Kebodohan dalam arti,  membuat pernyataan dan tindakan yang bertentangan dengan akal sehat dan kelaziman yang umum diterima oleh pikiran sehat dari orang yang beradab. Bila ini terus diulang-ulang maka satu ketika nalar pun tidak lagi sehat, maka pernyataan dan tindakan pun bisa ada di luar kendali nalar, karena tercengkeram oleh kepentingan yang terus memaksa untuk diwujudkan.

Tindakan yang didasari oleh ketakutan, umumnya membuat orang kehilangan akal sehat dan kejernihan pikiran. Jauh dari kejujuran, dan absen dari niat baik. Respon  dalam menyikapi dan mengatasi keadaan umumnya  lebih menitikberatkan kepada emosi. Emosi yang tidak matang dan tidak terkontrol tentu bukanlah dasar yang baik dalam menyikapi atau meresponi satu situasi.

Demikian halnya dalam menyikapi majunya Ahok kembali untuk bisa menjadi gubernur DKI untuk lima tahun mendatang. Ketakutan bila Ahok menang lagi begitu membebani sekelompok warga. Akhirnya, ketakutan ini memaksa mereka melakukan apapun yang bisa, walaupun seringkali hal tersebut terlihat begitu primitif dan sulit untuk  bisa diterima akal sehat.

Sudah jelas, Ahok berhak untuk menjadi gubernur. Dan kita, sesuai dengan warisan pendahulu dan Bapak Bangsa kita sudah sepakat melalui konstitusi akan hal itu. Namun ketika ada seruan atas dasar pemahaman individu,  maka tentulah hal itu tidak bisa dibenarkan karena menyimpang dari kesepakatan kita bersama. Dan ironisnya, pemahaman tersebut juga dibantah oleh pemahaman lain yang juga bersumber dari keyakinan yang serupa.

Lalu, apakah kita akan membiarkan hakekat keyakinan itu terdegradasi oleh pemahaman sekelompok individu  yang kemudian juga ternyata berbenturan dengan pemahaman individu atau kelompok yang lain?

Jika kita benar, tentulah kita tidak perlu takut. Dan juga tidak ada gunanya memaksakan kepentingan kita harus terlaksana, apalagi dengan memaksakan satu pemahaman menurut perspektif dan pola pikir kita untuk diterima oleh semua pihak. Tentu hal demikian tidak perlu. Karena kita adalah apa yang kita isi ke dalam jiwa kita. Sehingga manusia kita satu dengan yang lain tidak harus selalu dan bisa sama, tergantung dengan apa yang kita isi ke dalam jiwa  dan yang kemudian membentuk siapa kita.

Bila jiwa kita kita asupi dengan segala hal yang baik dan benar, tentu kita tidak perlu takut. Bila kita tidak menghendaki Ahok, tentu ada alasannya, dan semestinya hal itu didasarkan pada adanya pilihan yang lebih baik dari Ahok, bukan yang lain.

Dan jika kita terus dihantui ketakutan dan kecemasan bahwa Ahok akan menang lagi, maka seperti kalimat pembuka artikel ini, hal itulah yang akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun