Mohon tunggu...
Omri L Toruan
Omri L Toruan Mohon Tunggu... Freelancer - Tak Bisa ke Lain Hati

@omri_toruan|berpihak kepada kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keliru Bila Takut Ahok Akan Menang

22 Oktober 2016   23:11 Diperbarui: 23 Oktober 2016   07:07 2432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.

Kalimat di atas dikutip dari Kitab Ayub, kitab kuno yang sudah ada ribuan tahun yang lalu. Meski sudah berumur ribuan tahun, bukan berarti tidak relevan dengan  situasi kita di masa kini.  Kutipan di atas seringkali terjadi pada siapapun dari setiap kita. Tentu harus dengan pemahaman bahwa bukan setiap peristiwa, dimana kita takut dan cemas, lalu demikianlah akhirnya. Tentu tidak demikian, untuk segala sesuatu ada alasannya.

Demikian juga fenomena yang ada di masyarakat kita saat ini. Bukan hanya yang ada di Jakarta, bahkan di banyak daerah ada semacam kekhawatiran dari sekelompok orang yang merasa takut dan cemas, bahwa nanti Ahok akan terpilih lagi menjadi gubernur DKI. Kekhawatiran itu semakin mengganggu ketika ada rumor bahwa di 2019, Ahok akan dipasangkan dengan Pak Jokowi di Pilpres, dan selanjutnya di 2024, Ahok akan maju di Pilpres.

Kenapa harus takut?

Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan dari Ahok. Ahok bukanlah pemakan orang, pemakan babi mungkin iya. Akan tetapi, karena ia makan sesuatu yang kita anggap haram, bukan lantas menjadikan Ahok dan tindakannya menjadi haram. Tindakannya juga belum tentu menjadi lebih haram dari mereka yang hanya memakan sesuatu yang katanya halal. Apa yang dimakan tentu tidak otomatis menjadikan seseorang seperti apa yang dimakannya. Haram dan halal tentu ada konteksnya ketika larangan itu diadakan, dan artikel kali ini memang tidak dimaksudkan untuk mengulasnya.

Seseorang tidak bisa hanya dinilai dari tubuh  fisiknya, yakni aspek lahiriahnya semata.  Seseorang justru ditentukan oleh jiwanya. Jiwa terdiri dari pikiran, perasaan, dan kehendak yang ada pada setiap orang. Jiwa ini akan terbentuk oleh apa yang masuk ke dalamnya. Indera jasmani setiap orang, itulah yang menjadi jendela atau pintu ke dalam jiwa. Jika pintu dan jendela dibuka lebar-lebar terhadap sesuatu yang tidak baik dan tidak benar, maka jiwa pun akan terbentuk demikian. Demikian juga sebaliknya.

Apa yang masuk dan mendominasi jiwa, kemudian akan mengkristal dan sampai level tertentu akan membentuk nurani, suara hati yang menjadi ukuran atau nilai bagi seseorang. Inilah yang kemudian yang menjadi seseorang dalam arti yang sesungguhnya, yakni nuraninya. 

Kembali ke soal ketakutan jika Ahok menang lagi

Kalau Ahok menang lagi memang kenapa? Sebenarnya tidak apa-apa bila Ahok menang. Kita sudah menyaksikan sendiri, dua tahun Ahok menjadi gubernur dia tidak pernah memakan orang. Dia juga tidak pernah memaksa orang mengikuti keyakinannya, yang ada malah ada beberapa orang yang berupaya bagaimana supaya Ahok mengganti keyakinannya.

Ini suatu kasus yang cukup menarik sebenarnya, dan ini bukan soal hakekat dari keyakinan itu sendiri, namun lebih pada pemahaman individu-individu terhadap keyakinan itu. Jadi beda, keyakinan itu sendiri dengan pemahaman individu terhadap keyakinan itu, adalah dua hal yang berbeda. Dan ini seringkali menjadi persoalan, ketika pemahaman individu atau sekelompok orang disamakan dengan keyakinan itu sendiri, padahal seharusnya tidak demikian.

Masalah pun kemudian timbul, ketika pemahaman atas keyakinan itu dibalut oleh kepentingan. Sudah barang tentu, bukan lagi hakekat dari keyakinan itu sendiri yang disuarakan, namun kepentingan yang menjadi jiwa dari klaim pemahaman itulah yang sebenarnya menjadi tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun