Presiden Jokowi akhirnya memutuskan melantik Ignatius Jonan sebagai Menteri ESDM dan Arcandra Tahar sebagai Wakil Menteri ESDM. Masih dalam kesempatan yang sama, Presiden meminta publik agar tidak menarik pelantikan ini ke  isu personal atau politik. Dalam penilaian Presiden, kedua sosok yang dilantiknya hari ini adalah orang yang keras kepala, pemberani dan kompeten guna menyelesaikan masalah dalam sektor energi di Indonesia.
Kenapa harus Jonan?
Publik segera menebak bahwa keputusan mengangkat Jonan sebagai Menteri ESDM merupakan strategi Presiden Jokowi untuk bisa mengembalikan Arcandra Tahar ke posisinya. Sepertinya, Presiden sudah kepincut dengan sosok Arcandra dengan gebrakannya di awal tugasnya menjabat sebagai menteri. Namun, berdasarkan test case yang sudah dilakukan oleh Presiden melalui pewarganegaraan Arcandra, sepertinya banyak pihak  tidak menghendaki Arcandra kembali.Â
Hal ini langsung terlihat usai pelantikan Arcandra sebagai wamen, Politisi PKS Nasir Djamil mengaku tak habis pikir dengan keputusan Presiden Joko Jokowi yang melantik Arcandra Tahar sebagai Wakil Menteri ESDM. Dugaan Nasir, keputusan ini merupakan bisikan dari pihak tertentu kepada Jokowi. Di tempat lain, Taufiqulhadi, Anggota Dewan Pakar Partai Nasdem menilai, keputusan Presiden Jokowi ini tidak tepat secara etika. Ia berpendapat, seakan-akan tidak ada orang lain yang berkompeten di bidang ESDM selain Arcandra.Â
Benarkah tidak ada orang lain yang kompeten selain Arcandra?
Tentu ada banyak, namun persoalannya Pak Jokowi belum yakin bahwa sosok tersebut bisa diberi kepercayaan menjaga ESDM. Adapun Arcandra, Presiden Jokowi sudah jatuh hati, Presiden sudah kepincut pada sosok Arcandra. Bahkan, beberapa bulan terakhir,  ia berusaha menemukan cara yang tepat untuk dapat mengembalikan Arcandra ke ESDM. Membiarkan ESDM dipimpin oleh Plt. juga sepertinya kurang baik, karena ESDM sangat memerlukan fokus dan konsentrasi dari seorang menteri yang benar-benar all out dan kompeten untuk mengurusi sektor itu. Dan memang terlihat, Menko  Luhut Panjaitan kewalahan jika sebagai Menko harus rangkap tugas mengurusi ESDM yang kerjaannya banyak bersifat teknis.
Bisa diduga, menempatkan Arcandra sebagai wamen adalah keputusan paling maksimal yang bisa dibuat oleh Presiden Jokowi untuk Arcandra. Dengan keputusan ini, peluru yang tadinya sudah siap-siap hendak ditembakkan oleh pihak yang kontra Arcandra, efeknya tidak bisa maksimal, karena ada Jonan di depan Arcandra. Biar bagaimanapun, Jonanlah  yang menjadi menteri ESDM secara politis, walaupun teknisnya ada di tangan Arcandra.
Lalu, Apakah Jonan hanya sebagai menteri boneka?
Tentu tidak. Jonan adalah menteri ESDM walaupun Arcandra secara de facto yang akan menentukan arah kebijakan teknis kementerian ESDM. Ignatius Jonan perlu ada disana setidaknya untuk dua hal :Â
1. Melindungi Arcandra Tahar secara politis
2. Belajar seluk beluk ESDM dari Arcandra
Andai publik ditanya, mungkin mereka masih belum puas dengan alasan Presiden Jokowi mereshuffle Jonan sebelumnya dari jabatannya sebagai Menhub. Bagi Publik, Jonan dinilai sosok yang tegas, tidak bisa disuap dan sulit diintervensi, termasuk oleh Presiden sendiri. Di mata publik, Ignatius Jonan tidak seharusnya diganti. Dan ini tentu menjadi penilaian tersendiri bagi Presiden mengenai karakter dan sosok Jonan dan apa yang ada di pikiran masyarakat.
Dan hari ini, Presiden yang sudah mentok dengan upayanya untuk dapat mengembalikan Arcandra, akhirnya ingat dengan sosok Jonan. Jonan yang dicap bersih oleh masyarakat menjadi nilai tambah bagi presiden guna mengurangi resistensi bila Arcandra kembali ke ESDM. Akhirnya dengan pertimbangan di atas, Presiden memutuskan menduetkan Jonan dengan Arcandra. Presiden yang tidak mau kehilangan Arcandra, akhirnya secara bersamaan bisa mengobati kekesalan pendukung Jonan ketika ia direshuffle.Â
Jonan secara politis tidak akan banyak disorot karena ia tidak memiliki konflik kepentingan dengan pelaku bisnis di sektor ESDM. Arcandra sangat jelas, banyak yang tidak menghendaki Arcandra kembali ke ESDM, sehingga bila ia dipaksakan maka diprediksi iklim ESDM justru akan kisruh.Â
Persoalannya, bisakah Jonan bekerjasama dengan Arcandra?
Melihat keduanya tidak memiliki kepentingan atau agenda lain, sepertinya tidak akan terlalu sulit bagi mereka untuk berduet. Jonan sudah pasti membutuhkan Arcandra dari sisi teknis guna mengurusi ESDM. Dengan demikian, dalam beberapa hal Jonan akan banyak dan sangat perlu mendengar Arcandra. Demikian juga dengan Arcandra, ia bisa merealisasikan buah pikirannya dan ketajaman analisanya melalui pena dan suara Jonan, sehingga ia tidak perlu secara frontal berhadapan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan ESDM.
Demikianlah, akhirnya Presiden Jokowi berhasil menemukan metode guna mengembalikan Arcandra ke ESDM, sekaligus mengobati kekecewaan fans Ignatius Jonan. Duet kedua sosok ini diharapkan mampu mengurai carut marut di sektor ESDM selama ini karena mereka berdua orang yang berani, keras kepala dan tidak mudah diintervensi.
Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H