Bila anda warga DKI yang memiliki hak suara di Pilkada 2017, dan mungkin anda belum menentukan pilihan, artikel ini pas dan memang untuk anda. Atau, Jika anda merupakan pendukung salah satu bakal calon yang sudah tersingkir dari kontestasi Pilkada DKI 2017, jangan kecewa dan patah hati! Mungkin, anda sebelumnya adalah pendukung salah satu dari bakal calon yang sudah gugur seperti : Yusril Ihza Mahendra, Rizal Ramli, H. Lulung , Ahmad Dhani, Wanita Emas Hasnaeni Moein, atau siapa lagi.Â
Masih ada harapan, setidaknya untuk mengurangi perasaan kecewa. Anda bisa mencoba tips berikut, dan saya bisa pastikan hasilnya akan membuat anda terhibur. Dan sangat bisa, anda akan segera lupa dengan kekecewaan akibat jagoan anda tersingkir sebelum bertanding.Â
Panduan berikut merupakan hasil pengamatan sejak awal reformasi, dan hingga saat ini masih sangat relevan dengan perkembangan politik nasional kita. Tentu, anda hanya bisa memilih calon yang ikut bertanding untuk bisa menggunakan tips berikut, dan pastikan juga ketika anda hendak mengikuti panduan ini maka anda mengikuti petunjuknya dengan benar.Â
Dianjurkan, dan akan sangat baik jika anda mengajak teman, keluarga, kenalan, tetangga anda untuk bersama-sama menggunakan panduan ini untuk memastikan bahwa pilihan anda akan menang dan akurat, jauh melebihi hasil quick count lembaga survey manapun.Â
Sebelum melangkah ke panduan, ada baiknya baca dahulu dengan baik narasi atau pengantar berikut dengan cermat. Karena Panduan dibuat berdasarkan pengamatan sesuai dengan uraian di pengantar berikut:
 "Kalau Demokrat enggak suka aku, silakan pecat aku," demikian Ruhut Sitompul yang tetap pada keputusannya mendukung pasangan Basuki-Djarot pada Pilkada DKI 2017. Padahal, Partai Demokrat secara resmi bersama PPP,PKB dan PAN sudah menetapkan mengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, yang juga merupakan putra Pak Beye. Akankah Demokrat memecat Ruhut? Sepertinya tidak. Pak Beye sepertinya perlu waktu yang sangat panjang sebelum mampu membuat satu keputusan untuk memecat Ruhut. Keraguan Pak Beye ini disebabkan karena memang Pak Beye dari sananya adalah peragu. Kemudian, Pak Beye sangat tahu, di antara sekian banyak petinggi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul adalah kader yang paling bersihdan loyal kepada dirinya dan kepada Partai.Â
Lantas, ketika Partai Demokrat sudah memutuskan mengusung Agus Yudhoyono-Sylviana, bukankah semua kader termasuk Ruhut Sitompul dan Hayono Isman harus loyal terhadap keputusan partai? Inilah senjata beberapa orang di Partai Demokrat yang mengklaim berusaha menyadarkan Ruhut dan memintanya kembali ke jalan yang benar dengan menjalankan keputusan Demokrat mengusung Agus Yudhoyono.Â
Sebelumnya juga, anggota Dewan Pembina PD, Hayono Isman, telah menyatakan dukungannya untuk Ahok-Djarot. Dan hal ini tentu akan semakin menambah kesulitan bagi Pak beye untuk bisa membuat keputusan pemecatan terhadap Ruhut. Dan sudah bisa diduga, beberapa petinggi partai pada akhirnya hanya bisa prihatin.Â
Hal ini bukan kali pertama terjadi dengan Ruhut, sebelumnya di Pilpres 2014, Ruhut berseberangan dengan mayoritas petinggi Demokrat yang memilih mendukung Prabowo-Hatta. Walaupun secara tegas Pak Beye tidak menyatakan dukungan Partai Demokrat kepada salah satu pasangan calon, namun publik bisa menilai kemana arah dukungan Pak Beye, karena salah satu pasangan yang ada merupakan besannya Pak Beye.Â
Di sinilah beda jalan yang benar bagi sebagian petinggi Demokrat dengan Ruhut Sitompul. Menurut Ruhut Sitompul, jalan yang benar untuk Demokrat adalah mendukung Ahok. Namun Pak Beye dengan masukan dari kader-kadernya minus Ruhut tentunya, pada akhirnya memutuskan jalan yang benar itu adalah mengusung putranya, dengan demikian Agus bisa mendapat pentas yang memadai melalui pilkada DKI, sebelum berhadapan dengan Pak Jokowi kelak di Pilpres 2019. Dan sudah barang tentu tidak ada lagi waktu bagi Demokrat untuk mengenalkan sosok Agus Yudhoyono ke publik.Â
Lantas, jalan siapakah yang akan terbukti benar? Ruhut atau Demokrat?Â