Mohon tunggu...
Omri Samosir
Omri Samosir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa biasa saja dan tidak akan mengganggu hidup anda

Menulis itu lebih dari sekedar menyenangkan, karena juga mendorong keinginan membaca. Cara yang paling konvensional adalah menulis yang benar benar kita ketahui, tetapi menulis untuk sesuatu yang tidak seluruhnya kita ketahui juga bisa menjadi asyik, karena segera mengetahui dari pembaca kita, betapa bodoh dan dangkalnya kita dan ahirnya mendorong untuk lebih tahu. Saya menyenangi perjalanan jauh, olah raga, fotografi, nanam sayur dan mendorong kiat hidup sehat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berhati-hati dengan Kesehatan Gigi

24 Maret 2012   11:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32 2287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13326325111358602420

Ada tiga masalah besar yang kita dapati pada persoalan kesehatan gigi masyarakat dan telah berlangsung begitu lama dan tidak berubah dari dahulu hingga sekarang dan dapat dikatakan lebih merosot.

Masalah pertama adalah pemakaian bahan kimia FLUORIDE yang merupakan bahan beracun pada produk odol [pasta] gigi, kemudian penambalan gigi menggunakan AMALGAM [mercuri silver] yang sangat beracun dan terakhir adalah praktek memelihara gigi yang mati [root canal procedure] pada gigi yang ternyata berbahaya bagi kesehatan.

Fluoride merupakan famili yang sama dengan chlorine yang keduanya dipakai juga untuk membersihkan atau menjernihkan air. Fluoride lebih mematikan dibandingkan dengan Chlorine dan dianggap “baik” untuk melindungi email gigi dari kerapuhan, lubang dan kerusakan gigi. Zat ini sangat beracun dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Sebagai perbandingan, fluoride dipakai sebagai pestisida pada lahan pertanian. Praktek ini sudah dihentikan untuk jenis pertanian bahan pangan karena akan terjadi kontaminasi racun pada produk pangan tadi. Sebaliknya fluoride masih digunakan pada produk pasta gigi dengan semena mena dan tetap diperbolehkan oleh otoritas berwenang. Untuk kawasan Negara maju semua pasta gigi yang menggunakan fluoride harus diberi label RACUN dan dituliskan: Bahan ini berbahaya bila tertelan. Bila ini terjadi maka secepatnya harus dilarikan kerumah sakit dan perut penderita harus dipompa agar semua isinya keluar. Di Indonesia dan Negara ketiga, hal ini tidak dilakukan dan ini bukan berarti mereka mereka ini kebal terhadap racun.

Apakah akibat buruk dari Fluoride? Akibat umum dalam skala sedang adalah fluorosis, yaitu penyakit gigi dimana gigi akan berubah warna dan rusak. Akibat yang lebih serius terlihat pada kerusakan otak, kerusakan ginjal, system syaraf dan kerusakan hormonal terutama Thyroid system. Khususnya anak balita, bila tertelan fluoride, maka sejumlah kasus terjadi dimana anak dapat kehilangan kesadaran. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak yang memakai pasta gigi maupun air minum yang mengandung fluoride akan berkurang kepintarannya [IQ] sebesar 7 point dibandingkan dengan yang tidak menggunakannya.

Pertanyaan selanjutnya adalah: Mengapa fluoride dipakai terus menerus dalam pembuatan pasta gigi? Sangat sederhana… fluorida untuk pasta gigi merupakan hasil buangan dari pembuatan pupuk, jadi harganya sangat murah. Untuk banyak Negara pembuangan fluoride memerlukan perlakuan tertentu yang mahal, jadi lebih mudah mencampurkannya pada pasta gigi. Malah produk seperti Popsodent atau Produk unggul lainnya menjual produk “double fluoride” dengan lebih mahal seakan fluoride ini barang unggul yang istimewa. Ini adalah skandal pabrik2 kimia yang tidak bertanggung jawab. Apa yang dapat dilakukan masyarakat dalam hal ini? Jawabannya sederhana: JANGAN MEMAKAI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG FLUORIDE. Ada beberapa yang tersedia di Indonesia, buatan local maupun import. Bila tidak anda temukan lebih baik memakai siwak atau tidak memakai odol sama sekali. Banyak dokter gigi yang masih mengatakan bahwa fluoride itu baik dan aman, karena kadarnya sangat rendah. Itu bohong dan tidak bertanggung jawab. Dokter tidak mengetahui hal ini karena mereka bukan ahli kimia, hanya ahli menambal saja.

Masalah kedua adalah penggunaan Amalgam pada penambalan gigi oleh Dokter Gigi. Amalgam dikenal sebagai “silver filling” dinegara maju. Amalgam adalah campuran dari perak [silver] dan mercuri[air raksa] yang sangat beracun. Di dunia maju kata “silver” nya yang lebih didengungkan untuk menutupi kata “mercuri”. Campurannya adalah 50/50. Singkatnya adalah bahwa mercuri adalah bahan yang mematikan untuk manusia dan sangat carcinogen atau dapat menimbulkan kanker. Tambalan ini akan luruh oleh waktu dan juga pergesekan pada saat gigi terpakai dan mercuri masuk kedalam darah. Banyak juga kasus dimana kanker langsung terjadi pada gusi atau rahang penderita. Dalam 10 tahun terakhir pemahaman ini mulai disebarluaskan pada masyarakat untuk mengganti tambalan gigi mereka dengan yang non-mercuri seperti misalkan porselen. Perlu diingatkan bahwa penggantian tambalan jangan dilakukan sekaligus, karena pada saat penggantian, kadar mercuri dibadan anda akan naik untuk beberapa hari [karena sisa debu merkuri di gigi yang masuk ke darah], sebelum sisa didarah ini dikeluarkan oleh badan. Lakukan pergantian ini satu demi satu dengan selang minimal 3 hari. Perlu diingatkan bahwa mayoritas dokter gigi masih beranggapan bahwa amalgam tidak berbahaya. Jadi sebelum anda menambal gigi anda, tanyakan pada dokter, apakah dia memakai amalgam atau bahan non-mercuri. Bila jawabannya amalgam maka anda harus lari terbirit birit dari klinik tadi.

Masalah ketiga adalah mempertahankan gigi mati dengan mematikan syarafnya, yang dikenal sebagai root canal procedure. Biasanya kemudian gigi mati ini dipakai sebagai akar landasan untuk menanam gigi palsu atau protesa. Apa yang terjadi adalah bahwa bila ada terjadi ruang di dalam akar gigi yang mati tadi maka rongga ini akan menjadi tempan penimbunan bakteri penyakit. Percobaan yang dilakukan pada seekor kelinci, dimana gigi seorang penderita TBC ditanamkan dibawah kulit hewan ini. Dalam waktu beberapa hari hewan ini menderita TBC juga. Beberapa penyakit yang lain juga dicobakan dengan hasil yang sama. Kita sangat perlu berhati hati dengan masalah ini. Bila gigi anda mati, buang saja dan jangan dipakai atau dibiarkan tinggal pada rahang anda.

Catatan: Artikel ini adalah salah satu dari sebagaian artikel yang ditulis untuk memberikan informasi kesehatan bagi masyarakat. Informasi dihimpun dari berbagai artikel dan jurnal kesehatan dan informasi sejenis dapat diperoleh pada publikasi lain pada media internet atau media lain. Bila pembaca ingin mendapatkan artikel pendukung atau sejenis dapat menghubungi penulis. Sejumlah topik mungkin dirasakan sangat controversial dan mengganggu kenyamanan praktisi kesehatan maupun Pabrik Farmasi dan untuk hal2 yang perlu diulas dapat dilakukan pada Blog ini secara sehat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun