Mohon tunggu...
Omri Samosir
Omri Samosir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa biasa saja dan tidak akan mengganggu hidup anda

Menulis itu lebih dari sekedar menyenangkan, karena juga mendorong keinginan membaca. Cara yang paling konvensional adalah menulis yang benar benar kita ketahui, tetapi menulis untuk sesuatu yang tidak seluruhnya kita ketahui juga bisa menjadi asyik, karena segera mengetahui dari pembaca kita, betapa bodoh dan dangkalnya kita dan ahirnya mendorong untuk lebih tahu. Saya menyenangi perjalanan jauh, olah raga, fotografi, nanam sayur dan mendorong kiat hidup sehat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Skandal Flu Babi

25 Mei 2010   08:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:59 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya 193 anggota Badan Kesehatan Dunia WHO secara resmi menuntut dan mempertanyakan kebijakan badan ini didalam menangani kasus FLU BABI, karena sangat kental ber nuansa skandal bisnis dan penipuan yang melibatkan Pabrik Obat Novertis dan badan WHO maupun pejabatnya.

Beberapa tahun sebelum Flu Babi terjadi, sejumlah pejabat WHO telah sering menyinggung bahwa pandemic FLU kemungkinan sekali akan terjadi dalam waktu dekat. Ini merupakan “kampanye” terselubung dimana masyarakat ditakut takuti dengan kejadian pandemic dimasa lalu, tahun 1918 dan 1957 yang membunuh jutan manusia di planet ini.

Pada waktu SARS dan FLU BURUNG terjadi sebelum itu, kepanikan telah terjadi dan reaksi WHO dan sejumlah Negara yang dilakukan pada masa itu sudah disinyalir sebagai tindakan yang sangat berlebihan. Flu Burung tidak membunuh unggas dalam jumlah besar terutama bila dibandingkan dengan salmonella yang dianggap sebagai penyakit umum bagi unggas. Manusia yang meninggal karena Flu Burung juga tidak ada artinya bila dibandingkan dengan yang mati karena salmonella. Pada saat tersebut [dan dicurigai] sejumlah perusahaan Obat membuat obat Tamiflu dan vaccine secara besar2an. Perusahaan2 tadi mengaku telah menghabiskan biaya USD 4 Milliard untuk memproduksikan obat2an tadi. Secara parallel WHO membuat pernyataan2 resmi di media mengenai bahayanya Flu Burung dan betapa berbahayanya pandemi Flu ini. Sejumlah Negara mulai membeli obat dan vaccine, terutama yang terjangkit virus ini. Penyebaran Flu Burung ternyata tidak terlalu luas dan penjualan atau pembelian obat dan vaccine ini tidak cukup besar seperti yang “diharapkan”.

Timbulnya Flu baru, yang kemudian dikenal sebagai Flu Babi di Mexico mendapat reaksi yang sangat berlebihan dari WHO. Mereka menyatakan bahwa status Emergency untuk Flu telah berada di Level 6, yaitu hanya sedikit dibawah level Pandemik massal. Pada keterangannya WHO juga tidak lupa menyatakan bahwa obat anti virus dan vaccine sangat diperlukan oleh seluruh Negara untuk mengatasi atau bersiap menghadapi Pandemik yang bisa saja menghabisi lebih dari 100 Juta manusia didunia. Sejumlah ahli Flu menggeleng gelengkan kepala dan mereka melihat bahwa apa yang terjadi di Mexico tidak berpotensi pandemic, malahan jauh lebih lemah dari sejumlah jenis Flu umum yang ada pada saat ini. Kematian manusia akibat Flu setiap tahunnya akibat flu biasa melebihi 100.000 orang didunia ini dan jauh lebih banyak dari FLU BABI. Namun dengan “iklan” WHO dan pabrik obat2an, masyarakat awam dan juga para pemerintah berbagai Negara mengalami kepanikan yang luar biasa. Negara Negara Eropa rata rata mengeluarkan lebih dari USD 500 Juta untuk membeli obat dan vaccine. Hanya beberapa Negara seperti Polandia yang tidak menghiraukan hal ini. Indonesia juga membeli obat2an ini sejak mulainya FLU BURUNG dan kita tidak tahu berapa banyak yang dibelanjakan Negara dalam hal ini.

Pada tahun 2009 Novartis mengumumkan bahwa keuntungan yang didapatkan oleh perusahaannya melonjak tinggi dan semua orang juga tahu, ini didapatkan dari penjualan obat anti virus dan Vaccine FLU BABI. Pada tahun itu begitu tingginya permintaan negara2 atas obat2an ini hingga management Novartis mengakui bahwa stok mereka yang banyak itu sendiri tidak mencukupi, mereka harus bekerja lembur memenuhi permintaan negara2 tadi.

Kini semua ahli menyatakan bahwa Flu babi memang merupakan flu yang lemah, lebih lemah dari flu biasa. Departemen Kesehatan di Indonesia ternyata belum secara resmi memberi keterangan resmi atas perubahan penilaian ini. WHO sendiri juga sudah meralat pengumuman yang menyatakan bahaya emergency atas flu ini dan kini berhadapan dengan tuntutan yang sangat keras, yang belum pernah dialami oleh badan ini.

Tuntutan negara2 kepada WHO merincikan antara lain bahwa WHO dianggap tidak teliti didalam menentukan tingkat Emergency pada waktu ada Flu Babi dan ini dilakukan tanpa ada penelitian yang rinci mengenai virus tersebut. Tuduhan kedua juga menggugat adanya kerja sama dan pengaruh yang kental antara Pabrik Obat dalam hal ini Novertis dengan WHO didalam perilaku WHO menghadapi FLU BABI.

WHO juga membenarkan bahwa memang ada kerja sama dengan Novartis, namun ini disebutkan sebagai kerjasama yang sehat dan kalaupun pengaruh mereka banyak, itu masih dalam batas kewajaran. Novartis juga menyatakan hal yang sama dalam mengomentari pengaruh mereka.

Tuduhan yang lebih keras dilakukan oleh LSM dimana diduga keras bahwa virus Flu Babi sengaja disebarkan di Mexico, hanya untuk menyebarkan ketakutan di Negara tetangga Mexico yaitu USA yang merupakan pasar obat terbesar didunia. Sehari setelah diumumkannya adanya Fu Babi, Novartis terbukti telah memiliki stok obat yang bernilai puluhan Milyar USD. Tuduhan ini disertai dengan pengaduan badan2 LSM atas Pabrik Obat keranah hukum. Jangan dilupakan juga bahwa berbagai kasus seperti HPV Vaccine untuk Cervical cancer, issue Pandemic Malaria, penanganan AIDs, juga mendapatkan sorotan tajam dan tuduhan dari para ahli dan LSM dunia.

Yang patut disorot juga adalah bahwa pada penjualan vaccine Flu Babi ini, semua Negara diharuskan menantatangani surat pernyataan bahwa ‘PABRIK OBAT TIDAK BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP ADANYA EFEK SAMPINGAN VACCINE INI”. Karena paniknya, semua Negara terpaksa menandatangani pernyataan itu dan seperti yang diketahui, vaccine ini telah mengakibatkan korban dari tingkat yang rendah hingga korban kematian. Tuduhan yang diberikan adalah bahwa kualitas vaccine ini sangat buruk dan berbahaya terhadap kesehatan.

Kini dunia menunggu hasil tuntutan negara2 terhadap WHO dan juga terhadap Pabrik Obat. Ini bukan pertama kalinya Pabrik Obat dituduh melakukan persekongkolan terhadap badan kesehatan di seluruh dunia dan otoritas kesehatan seperti FDA atau POM bila di Indonesia. Dengan besarnya potensi bisnis Obat2an yang mencapai ratusan Milyar USD, praktek2 kecurangan selalu terjadi setiap hari dan sukar sekali dibawa kepengadilan. Tahun lalu perusahaan Obat Merck dikenakan denda lebih dari USD 3 Milyard karena menjual obat Cholesterol yang tidak ada mutunya sama sekali dan hingga sekarang masih harus terus melayani tuntutan perorangan atas kasus yang sama dan dikenakan denda yang berjumlah jutaan dollar per kasus. WHO kemungkinan sekali harus memecat sejumlah personelnya danmengganti berbagai prosedur internalnya. Novartis kemungkinan sekali harus membayar denda yang besar dan tidak menutup kemungkinan akan bangkrut bila dendanya terlalu besar untuk dipikulnya.

Apa yang dapat dipelajari dari hal ini? Bahwa dunia kesehatan sekarang ini terlalu banyak dipengaruhi dan diatur oleh Pabrik Obat2an dimana tujuan ahirnya adalah Bisnis, bukan kesehatan manusia itu sendiri. Para ahli2 kesehatan harus mawas diri agar tidak tergulung dengan system kesehatan yang korup dan harus dapat bekerja secara independen. Dalam ruang lingkup yang lebih besar, system kesehatan disuatu Negara maupun dunia secara keseluruhan sudah sangat perlu melakukan reformasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Setiap perilaku salah pada system ini ahirnya harus ditanggung oleh masyarakat yang sangat awam dan gampang saja dimanipulasi oleh system dan orang2 yang tidak bertanggung jawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun