Di negara Indonesia tradisi suku Jawa merupakan bagian dari kekayaan budaya yang sangat beragam dan sarat dengan nilai-nilai luhur. Dimana tradisi tersebut mencakup berbagai aspek seperti upacara adat, kesenian, dan tata cara bermasyarakat yang diwariskan turun-temurun. Tentunya warisan budaya tersebut mengandung makna memahami tradisi dalam masyarakat Jawa dan juga belajar tentang kearifan lokal. Disamping itu pula mempelajari tentang pemahaman nilai-nilai budaya yang dapat membentuk karakter dan identitas suatu masyarakat khususnya suku Jawa.
Dan tentunya tradisi suku Jawa memiliki beragam tradisi dan upacara adat yang kaya akan nilai filosofis dan makna simbolis. Berikut beberapa tradisi dan makna filosofisnya antara lain: Upacara Tingkeban dilakukan pada usia kehamilan tujuh bulan untuk wanita yang mengandung anak pertama, Upacara Tedhak Siten merupakan upacara yang dilakukan ketika seorang anak menginjak usia tujuh atau delapan bulan, saat ia mulai belajar berjalan dan menginjak tanah untuk pertama kalinya, Upacara Sadranan adalah tradisi ziarah kubur yang dilakukan pada bulan Ruwah (bulan sebelum Ramadan) untuk mendoakan arwah leluhur, Upacara Ruwatan adalah ritual yang dilakukan untuk membersihkan seseorang dari nasib buruk atau sial, terutama bagi mereka yang dianggap sebagai "sukerta" (orang yang rentan terhadap gangguan makhluk halus atau roh jahat).
Ada Upacara Siraman biasanya dilakukan sebelum pernikahan sebagai bagian dari rangkaian adat pernikahan Jawa. Prosesi ini melibatkan memandikan calon pengantin dengan air yang diambil dari tujuh sumber mata air, serta kembang tujuh rupa, Upacara Sekaten adalah upacara yang dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad saw, Upacara Nyadran adalah upacara adat Jawa yang dilakukan menjelang bulan Ramadan, Upacara Slametan adalah upacara adat yang paling umum di Jawa, dilakukan dalam berbagai kesempatan, seperti kelahiran, pernikahan, kematian, pembangunan rumah baru, atau momen penting lainnya, dan Upacara Wiwitan adalah ritual adat yang dilakukan sebelum memulai panen padi sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hasil bumi.
Namun upacara masyarakat Jawa ini mulai ditinggalkan orang Jawa khususnya yang berada di kota karena perkembangan zaman. Upacara masyarakat ini masih dilestarikan di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur karena menghormati leluhur mereka yang diwariskan kepada masyarakat Jawa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI