Kita semua tentunya mengenal HAMKA sebagai seorang sastrawan dan sekaligus ulama pada era Presiden Soeharto. Tentunya karismatik HAMKA dapat diterima kalangan baik organisasi islam atau diluar itu. NU tetap menerima pandangan HAMKA saat berbicara tentang ibadah dan syariah walaupun merupakan seorang tokoh Muhammadiyah. Dan sebagai bukti bagaimana kebersamaa umat islam di Masjid Al Azhar saat melaksanakan shalat tarawih dengan konsep saling mengormati satu sama lain.Â
Bagaimana KH Ahmad Syaikhu sebagai tokoh NU menerima pandangan dan pendapat HAMKA dari tokoh Muhammadiyah. Menurut HAMKA persatuan dan kesatuan umat Islan adalah hal yang utama dan mengenyampingkan perbedaan masalah khilafiyah. HAMKA menggambarkan bagaimana Imam Syafi'i sebagai murid Imam Maliki tidak  berqunut pada saat shalat shubuh berjamaah. Dan suatu ketika Imam Maliki berqunut saat shalat subuh bersama Imam Syafi'i. Hal ini terjadi karena kedua Imam Besar tersebut saling menghormati.
Banyak karya sastra karya HAMKA antara lain Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan dalam bidang agama seperti Tafsir Al Azhar sangat terkenal. Kiprah HAMKA dalam perkembangan potik dan pergerakan nasional membuatkan turut berjyang demi kemerdekaan Republik Indonesia. Selain HAMKA aktif di MUI juga sebagai anggota dewan konstituante dari Partai Masyumi. Begitu besar jasanya bagi negara Indonesia sehingga diberikan gelar Pahlawan Nasional dan namanya diabadikan pada Kampus Universitas Muhammadiyah HAMKA Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H