Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peran Ibu Rumah Tangga dalam Transisi Energi

18 Juni 2024   11:25 Diperbarui: 18 Juni 2024   11:42 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Didie SW. Sumber gambar Kompas.id

Rasanya, sejak belajar di bangku Sekolah Dasar, saya sudah diinformasikan oleh guru jika bahan bakar minyak yang selama ini kita gunakan lama-lama akan habis. Lihat saja, sekarang BBM mulai susah ditemukan dan jikapun ada harganya mahal. Makanya, belakangan transisi energi yakni upaya peralihan penggunaan energi fosil ke energi terbarukkan terus digalakkan.

Lihat saja sekarang, cuaca makin lama terasa makin ekstrim. Kalau dulu sering ada jargon, "wah udah masuk bulan berakhiran BER nih, udah musim hujan!" tapi nyatanya di beberapa wilayah masih panas. Begitupun sebaliknya, saya sempat mendatangi wilayah Kashmir di India di mana seharusnya musim dingin sudah lama berlalu, tapi ketika saya datang, eh masih mudah menemukan tumpukkan salju!

Selain untuk mengatasi perubahan iklim, transisi energi juga dapat meningkatkan ketahanan energi, meningkatkan kualitas udara, menciptakan lapangan kerja yang tentu saja dapat membangun masa depan yang berkelanjutan.

Cikal bakal transisi energi. Sumber gambar https://www.ruangguru.com/
Cikal bakal transisi energi. Sumber gambar https://www.ruangguru.com/

Menariknya, transisi energi global ini rupanya sudah ditandai dengan penemuan mesin uap oleh Thomas Newcomen dan James Watt di akhi abad ke-18. Saat itu, terjadi perubahan dalam jumlah dan pola penggunaan energi dari biomassa (kayu bakar) menjadi batu bara.

Gelombang berikutnya terjadi di pertengahan abad ke-20 dengan pengenalan minyak dan nuklir yang di tahun 1950-an. Dapat dibilang saat ini kita sedang berada di gelombang transisi energi ke-4 yang kembali pada pemanfaatan energi terbarukan.

Lantas, apakah kita harus sepintar Thimas Newcomen dan James Watt dulu untuk mendukung transisi energi ini?

Peran Ibu Rumah Tangga Sangat Besar!

Konsumsi energi rumah tangga yang berasal dari listrik mencapai 70,29 juta BOE (47,18%). Porsinya terbesar dibandingkan dengan energi lainnya. Konsumsi energi rumah tangga terbesar berikutnya berasal Liquidfield Petroleum Gas (LPG) yang mencapai 69,93 juta BOE (46,94%). Porsi listrik dan LPG mencapai 94,11% dari total energi yang dikonsumsi rumah tangga.

Sisanya, sebanyak 5,63 juta BOE (3,78%) konsumsi energi rumah tangga berasal dari biomassa, ada 2,76 juta BOE (1,78%) dari minyak tanah, serta 308 ribu BOE (0,21%) yang berasal dari gas.

Dari satu ruangan seperti dapur saja udah banyak peralatan elekronik yang dipakai. Sumber gambar https://www.dream.co.id/
Dari satu ruangan seperti dapur saja udah banyak peralatan elekronik yang dipakai. Sumber gambar https://www.dream.co.id/

Nah bayangkan saja, jika listrik kita masih menggunakan batu bara yang lama-lama akan punah, maka rumah tangga juga kan akan terkena dampaknya. Dan, sebagaimana yang kita ketahui jika di rumah tangga peran ibu itu sangat besar.

Sosok ibu-lah yang biasanya dapat mengontrol prilaku penggunaan energi ini. Sering dengar anggapan emak-emak biasanya cerewet kalau anaknya membiarkan lampu menyala terus menerus atau keran air yang tidak dimatikan dan terbuang percuma?

Ibu juga madrasah utama bagi anaknya. Jika anak tidak dibimbing dan dididik oleh ibunya, maka sikap dan prilaku si anak biasanya akan berpengaruh juga terhadap lingkungan sekitar.

Ada banyak contoh energi terbarukan. Misalnya saya energi surya, air, angin, panas bumi dan bio energi. Demi mewujudkan transisi energi itu, Oxfam telah membuat 3 program utama untuk mendukung pemerintah dan masyarakat sipil (termasuklah ibu rumah tangga) demi mewujudkan hak mereka agar meiliki akses, pengawasan, dan manfaat yang lebih baik dan setara dari pembangunan di Indonesia.

Indonesia butuh percepatan transisi energi. Sumber gambar kompas.id
Indonesia butuh percepatan transisi energi. Sumber gambar kompas.id

Program itu yakni Keadilan Gender, Keadilan Ekonomi dan Hak-hak dalam Krisis. Saya mau fokus ke bagian Kesetaraan Gender ini, di mana dalam Indeks Kesetaraan Gender 2012, Indonesia berada di peringkat 106 dari 148 negara.

Angka ini muncul atas kombinasi tingkat melek huruf pempuan yang rendah, angka putus sekolah, rendahnya pendapatan serta tingginga tingkat kekerasaan terhadap perempuan dan anak. Makanya Oxfam berupaya perempuan dapat berpartisipasi secara seimbang di semua aspek ekonomi, social, politik dan budaya serta memiliki peran kepemimpinan dan dapat mengakses sumber daya dan jasa serta bepartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Dengan demikian, Transisi Energi Adil pun secara tidak langsung dapat terpenuhi. Bayangkan saja, jika semua ibu rumah tangga di Indonesia pintar, dapat memahami dan menjalankan semua aspek kehidupan selaiknya laki-laki apalagi jika dapat dilibatkan dalam proses transisi energi, maka kehidupan manusia di masa yang akan datang pun dapat berpengaruh besar.

Selain peran pemerintah dan segenap pihak dalam upaya transisi energi, pada akhirnya ujung tombak penggunaan energi ini pun berada di tangan masyarakat. Terutama para ibu rumah tangga dalam implementasi penggunaan energi tersebut di kehidupan sehari-hari, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun