Jika ada satu hobi yang bikin saya menyesal kenapa nggak diseriusin, itu adalah menggambar. Dulu, saat masih kecil, saya rajin menggambar, mewarnai, bikin sketsa atau bahkan bikin komik. Dari SD hingga SMP adalah puncaknya. Begitu ada waktu luang, maka saya akan asyik dengan kertas dan pensil warna.Â
Keinginan untuk kembali menekuni hobi lama itu terjadi setahun belakangan ketika di sosial maya ada tantangan membuat sketsa dengan tajuk 1 Day 1 Sketch. Saya tertarik ikutan dan walaupun percobaan di hari-hari awal hasilnya hancur, tapi saya berproses. Jemari yang sudah lama gak dipake untuk menggambar (bahkan menulis karena lebih sering ngetik pake komputer) perlahan lentur dan saya mampu membuat sketsa menyerupai objek yang saya tiru.Â
Balik lagi ke rasa penyesalan itu. Kebayang ya, jika saya dari dulu konsisten, gak menutup kemungkinan sekarang saya sudah jadi tukang sketsa yang andal. Seperti beberapa teman saya yang hasil gambarnya bahkan menyerupai foto, bagus banget!
Padahal, saya didukung dengan peralatan memadai. Waktu juga banyak (karena saya nggak harus bekerja mencari uang sebagaimana sebagian anak lain, ya paling ikutan jaga toko keluarga tapi itupun gak wajib), trus juga secara fisik saya tidak punya keterbatasan sebagaimana teman-teman disabilitas.
Padahal, banyak loh dari mereka yang berbakat di berbagai bidang. Yang suka olahraga, sudah ada wadahnya di kejuaraan Para Games. Baru-baru ini juga kita dihebohkan atas prestasi Putri Ariani yang berhasil memukau juri di ajang pencarian bakat di Amerika Serikat atas bakat menyanyinya.Â
Nah di bidang seni lukis, kita mengenal Francisco Goya, Paul Klee atau bahkan Van Gogh yang memiliki keterbatasan. Van Gogh sendiri menderita epilepsi lobus temporal dan gangguan bipolar. Namun lihatlah, karyanya hingga sekarang dikenal orang.
Di Indonesia, kita punya Faisal Rusdi, pelukis difabel asal Bandung yang berhasil menggelar pameran tunggal di balai kota City of West Torrens, Australia. Satu lukisannya dihargai antara 5 sampai 20 juta, loh!Â
Nama lain yang juga mentereng adalah Sadikin Pard yang terlahir tanpa kedua lengan. Namun, atas kelihaiannya melukis, pria kelahiran Malang ini tergabung di Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) dan setiap tahun terbang ke Swiss untuk memamerkan lukisannya. Hebatnya, ada satu lukisannya yang terjual hingga 240 juta!
Selain Faisal Rusdi dan Sadikin Pard, ada juga Sabar Subadri, Muhammad Salwa Aristotel dan Rodhi Mahfur yang juga berkarya di tengah keterbatasan.
Saat ini jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,97 juta jiwa atau sekitar 8,5% dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah pekerja dengan disabilitas mencapai 720.748 orang pada 2022. Cukup besar walaupun sebetulnya potensi para disabilitas ini perlu digali dan disediakan wadahnya jauh lebih banyak.
OASE BERNAMA TAB SPACEÂ
Untuk mendukung dan memberikan wadah bagi seniman penyandang disabilitas, hadirlah TAB Space, sebuah wirausaha sosial berbasis di Bandung yang bertujuan dan mendorong seniman/ilustrator penyandang disabilitas dapat berperan dalam ekosistem komunitas dan mendapatkan penghasilan.Â
TAB Space memiliki ruang fisik tempat berkumpul para seniman penyandang disabilitas sehingga dapat mengkoordinir bakat dan usaha para seniman tersebut. Sebab mereka meyakini dengan dukungan sistem yang tepat, seniman penyandang disabilitas dapat menjadi praktisi profesional.
Sebelum ini, di tahun 2022 TAB Space bekerja sama dengan ICAD (Indonesia Contemporary Art Design), di mana Imaniar selaku founder dari TAB Space menjelaskan, "What is TAB, mencoba untuk memperkenalkan kembali TAB Space sebagai studio yang mendukung seniman - seniman disabilitas yang sering melakukan kolaborasi dalam berbagai bentuk dengan berbagai stakeholder seperti toko Grammars di Bandung menyediakan tempat berjualan dengan campaign TAKE Over Grammers, lain halnya dengan Monkey Cycle sebuah toko peralatan sepeda di Astana Anyar yang menggunakan ilustrasi dari visual artist Tab Space yang diaplikasikan kedalam merchandise toko mereka."
Grammars & JNE Bangkit Bersama Mendukung TAB Space
Seiring dengan komitmen JNE dalam mendukung berbagai program yang dinilai bermanfaat bagi masyarakat, di bulan September ini, JNE memutuskan untuk berkolaborasi dengan TAB Space dengan mengusung program kegiatan bertajuk Open New Tab di community offline store yang berlokasi di Jl.Cihapit No.6 Bandung.
Kegiatannya bermacam-macam seperti membuat custom postcard di stamping & stencil section. Lalu, ada juga jual beli cinderamata eksklusif yang menjadi inti kolaborasi antara Tab Space dan JNE dimana tersedia workshop wrapping pengiriman paket di JNE Magic Box yang menjadi bagian dari JNE Bandung.
Lalu ada pula kegiatan Talkshow Inspiratif bertajuk TALK: Whats is Tab yang menampilkan beberapa narasumber seperti Imaniar selaku founder dari TAB Space, bapak Kurnia Nugraha selaku Media Communication Dept Head JNE dan Yohan selaku Co-Owner of Monkey Cycle yang dimoderatori oleh Ardo Ardhana yang juga merupakan Co Founder dari Grammars.Â
Jadi sebuah sinergi yang mumpuni. Saat TAB Space fokus mendukung seniman disabilitas di sisi lain, "JNE turut mendukung teman disabilitas untuk membentuk kemandirian mereka, memberikan wadah serta upaya-upaya kolektif untuk berkembangnya industri kreatif yang inovatif dan menciptakan produk-produk berkualitas yang tentunya dapat turut mendukung perekonomian nasional," begitu kata bapak Kurnia Nugraha dalam talkshow yang diselenggarakan di Grammars Bandung pada 16 September 2022 lalu.
Di usia JNE 32 Tahun, kolaborasi JNEXTABSpace ini menyediakan promo menarik seperti potongan harga produk sebesar 50% up to 50k di produk pilihan @gggrammars @tab____space @measurepleasure @p.p.pear selama periode program di 1-28 September 2023 dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Pembelian online juga dapat dilakukan di @PesonaJNE dengan pindai QR Code yang ada di video atau situs https://mart.roketindonesia.com  dengan harga yang spesial.
Senang rasanya jika banyak yang memberikan perhatian lebih kepada teman-teman disabilitas apalagi jika mereka memiliki bakat yang dapat dikembangkan. Saya sih berharapnya kolaborasi semacam ini dapat semakin meluas tak hanya di Bandung atau kota-kota di Pulau Jawa tapi juga ke kota-kota lain di seluruh Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H