Beberapa waktu lalu, di sebuah sudut Bandara Internasional Tan Son Nhat, Ho Chi Minh saya menatap takjub pada deretan cendera mata yang dijual di salah satu toko. Mata saya terpaku pada deretan magnet kulkas dan juga bendera Vietnam yang berwarna cerah.
Sudah sejak lama saya mengoleksi kedua benda itu. Sebagai pejalan dengan budget terbatas, jelas kedua benda tadi adalah oleh-oleh yang pas untuk saya beli. Harganya relatif murah, ringan dan nggak butuh banyak tempat di ransel saya yang hanya dijatahi 7 kg bagasi oleh maskapai.
Sayangnya, saat itu saya hanya transit. Saya tidak mempersiapkan diri dengan uang Vietnam Dong sedikitpun. Mesin ATM dan EDC (Electronic Data Capture) tidak ada. Jika pun ada, saya ngeri juga terkena card skimming.Â
Saat itu pembayaran dengan e-wallet belum tersedia. Jikapun ada, apa bisa saya bayar dengan e-wallet yang saya punya? Hiks, terpaksa saya batal menambah koleksi magnet dan bendera sambil berharap kelak akan datang kesempatan khusus bagi saya untuk mengeksplorasi Vietnam.
PERGERAKAN EKONOMI DI PARIWISATA
Dalam banyak kesempatan, saya sering berceloteh jika pariwisata di satu tempat berkembang maka dampaknya bagi masyarakat sangat besar. Warung makanan, pemilik penginapan dan kendaraan serta pusat oleh-oleh akan dipenuhi wisatawan. Perekonomian pelaku usaha dan masyarakat luas akan terkena dampak positifnya.
Namun hal itu harus didukung dengan kemudahan bertransaksi. Saya sendiri, sebagai pelaku usaha sudah melengkapi dengan berbagai jenis pembayaran.Â
Pembayaran secara tunai, gesek di mesin EDC, transfer atau QRIS via e-wallet semua bisa. Jadi, saat ada yang datang ke toko saya, tidak ada lagi alasan bagi mereka membatalkan pembelian sebab saya sudah melengkapinya dengan berbagai metode pembayaran.
Kembali ke pengalaman saya saat transit di Ho Chi Minh saat itu. Kebayang kan jika kemudahan yang sama dapat saya temui. Yang tadinya saya hanya mau beli satu-dua cendera mata bisa jadi membeli lebih banyak dan tentu saja hal itu menguntungkan si penjual.