Wah keren banget!
Sebetulnya sejak awal tayang saya sudah dengar berbagai pujian terhadap serial besutan sutradara Kimo Stamboel (Rumah Dara, Ratu Ilmu Hitam) ini. Namun, saya berusaha sabar hingga keseluruhan episode yang berjumlah 10 itu betul-betul tayang di Disney.
Risikonya gede memang. Accidentally saya terkena spoiler saat scroll di IG dan lihat ada komen yang "menyembul" (padahal udah sengaja gak diklik postingannya biar gak baca ulasannya). Â Sangat menyebalkan dan rasanya bikin pingin ngamuk huaaaa. Tapi ya sudah, walau efek kejutannya ternodai namun saya masih penasaran dan ingin menuntaskan hingga akhir.
Soal santet dan teluh ini.... apa ya, bisa dibilang juga cukup "akrab" di kehidupan saya dan keluarga. Sebagaimana yang dialami oleh keluarga Bondan dan Ahmad, kami sekeluarga juga pernah berjuang untuk dapat lepas dari "kiriman-kiriman" itu sehingga sedikit banyak, saat menonton, saya merasa related.
Di ending memang ada plothole yang begitu besar. Namun, masih dapat dimaafkan sebab ceritanya solid sejak awal dan akting para pemainnya bagus-bagus!
Banyak ulasan yang menyebutkan Mikha Tambayong "merusak" serial ini. Bagi saya pribadi, iya memang ada banyak adegan yang emosinya terasa kurang lepas. Namun nggak yang buruk sekali juga, sih. Masih oke. Mungkin juga ia sengaja dipilih sebab ada beberapa adegan panas yang harus ia lakukan dengan lawan mainnya yang untungnya menjadi suaminya sendiri di kehidupan nyata.
Saya juga setuju jika pemain pendukungnya begitu gemilang. Nggak ada tokoh yang bikin jelek. Bahkan saya kepikiran, "ternyata Indonesia banyak banget ya aktor yang keren!"
Oh ya, mengaitkan peristiwa nyata tentang pembantaian orang-orang yang dianggap memiliki ilmu hitam di Bayuwangi menjelang akhir 90-an juga bagus. Sehingga serial ini terasa lebih kaya.
Dengan adanya Teluh Darah ini, semakin optimis dengan film Indonesia. Benarlah, jika diberikan wadah yang tepat, Indonesia nggak kalah dalam menciptakan serial yang bagus seperti negara lain.
Skor 8,6/10
Â