Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perjuangan Bertahan Hidup di Rumah Bordil dalam Film "Gangubai Kathiawadi"

13 Mei 2022   15:56 Diperbarui: 13 Mei 2022   20:20 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diiming-imingi berkarir di industri bollywood, Ganga (Alia Bhatt) rela kabur dari rumah sambil membaw perhiasan milik ibunya. "Itu untuk modal awal," ujar Ramnik (Varun Kapoor) kekasihnya.

"Tapi, kau janji kan akan mengembalikan semua perhiasan ini?" tanya Ganga yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Ramnik. "Tenang saja, bibiku akan menjadikanmu seorang bintang besar."

Tiba di Mumbai, Ramnik mengajak Ganga ke kawasan Kamathipura tempat sang bibi berada. Begitu memasukki sebuah ruangan besar Ganga merasa heran sebab ada banyak sekali perempuan yang terlelap padahal saat itu siang hari.

Perasaannya sudah tak menentu. Tapi, Ramnik masih saja meyakinkan Ganga bahwa di situlah mimpinya bermuara.

Ganga kemudian dipertemukan dengan Sheila Masi (Seema Bhargava) yang sayangnya, sesaat setelah dipertemukan, Ramnik menghilang dan Ganga terjebak di tempat yang rupanya sebuah rumah bordil itu.

Poster film Gangubai Kathiawadi | Sumber gambar IMDB
Poster film Gangubai Kathiawadi | Sumber gambar IMDB

Berhari-hari ia disekap sebab terus berontak dan ingin pulang. Sayangnya, Ganga harus pasrah dirinya dijadikan pelacur. Entah untuk meredam amarah atau tulus, Govind, "klien" pertama Ganga saat itu memberi satu motivasi, "dalam beberapa tahun ke depan, rumah bordil ini dapat kau kuasai!"

Sadar dirinya cantik dan termasuk primadona, Ganga mulai berani "menentang" Sheila.

Setahun berada di sana, dia mulai membangkang namun hal itu ia lakukan untuk teman-temannya yang lain. Misalnya saja, memaksa rumah bordil itu tutup satu hari penuh.

"Berikan kami waktu untuk beristirahat," ujar Ganga sambil mengajak teman-temannya nonton ke bioskop. Walaupun kesal, sang mami/tante, hanya bisa pasrah.

Muncikari yang menjadikan Ganga sebagai pelacur | Sumber gambar IMDB
Muncikari yang menjadikan Ganga sebagai pelacur | Sumber gambar IMDB

Ganga mengubah namanya menjadi Gangu (berarti nyonya). Kelak, dengan segala keberanian dan kedekatannya kepada tokoh-tokoh penting, posisi Gangu semakin dominan. 

Hingga pada satu titik, teman-temannya tak menghendaki ia melacur melainkan hanya jadi pemimpin mereka. Sejak itulah Gangu dipanggil dengan sebutan Gangubai atau Nyonya Besar.

Gangu memang berusaha untuk melihat keadaan Kamathipura secara lebih luas.

Misalnya saja, bagaimana nasip anak-anak yang lahir dari rahim rekan kerjanya yang tentu saja tidak memiliki bapak. Atau, tekanan para polisi busuk dan politikus yang bertahun-tahun memeras mereka, hingga pihak-pihak "suci" yang menginginkan kawasan Kamathipura ditutup secara permanen.

Dengan keberanian dan kecerdasannya yang didapat dari tempaan hidup, Gangu berusaha untuk melindungi 4000an perempuan yang ada di sana yang bergantung hidupnya dengan cara menjual diri.

Jelas tidak mudah. Selain pihak pemerintah, dia juga harus melawan Raziabai (Vijay Raaz) "mami" lain yang ingin menguasai kawasan itu.

***

Setelah Gully Boy, akhirnya saya berkesempatan lagi melihat akting Alia Bhatt yang memukau. Walaupun ia sempat diserang banyak penikmat film bollywood yang menganggap ia bisa terkenal karena ada jalur dalam di industri, harus diakui akting dia memang bagus.

Aksi Gangu dalam menghadapi tekanan pihak luar | Sumber gambar IMDB
Aksi Gangu dalam menghadapi tekanan pihak luar | Sumber gambar IMDB

Ditulis dan disutradari oleh Sanjay Leela Bhansali, sutradara yang terkenal dengan film-film megah dan mewahnya (seperti Devdas, Bajirao Mastani dan Padmaavat), film Gangubai Kathiawadi ini tampil dengan baik terlebih lagi sinematografinya yang memperlihatkan kawasan pelacuran yang dibuat dengan artistik. 

Entah adegannya dilakukan di sebuah studio atau memang ada tempat di Mumbai yang dijadikan sebagai lokasi syuting.

Dan, sebagaimana film India kebanyakan, penonton akan dibuat mikir panjang tentang jalan hidup tokoh-tokoh yang ada di film itu. Seperti tokoh Gangu ini.

Di satu sisi mungkin kita mengecap jalan hidup yang ia jalani walaupun kita tahu ia dan juga wanita lain terjebak dan terpaksa melakoni hidup seperti itu.


Gumaman semacam, "ya udah tinggal keluar aja, cari pekerjaan lain, yang penting halal!" mungkin dengan mudah terlontar di benak atau bibir kita sebagai penonton. 

Tapi, sekali lagi, kita tak pernah tahu betapa strugglenya seseorang dalam menjalani hidupnya. Jalan yang terbaik ya tentu saja tidak dengan mudah menghakimi.

Gangubai Kathiawadi hadir jadi satu sajian yang apik, walaupun ntah kenapa kadang saya merasa ada bagian-bagian yang tidak pas (seperti memasukkan tarian dalam satu adegan) dan juga ada beberapa plotnya yang agak nggak masuk akal (seperti luka di tubuhnya yang dengan cepat menghilang) sehinga film berdurasi 2,5 jam ini rasanya bisa dibuat lebih baik lagi. 

Bagi yang tertarik, bisa nonton di Netflix, ya.

Skor 8,2/10

Penulis bagian dari Kompal
Penulis bagian dari Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun