Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perjuangan Seorang Pelajar demi Desanya dalam Film "Miracle: Letters to The President"

5 April 2022   14:58 Diperbarui: 5 April 2022   21:15 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Joon Kyeong mengirimkan surat ke presiden | Sumber gambar www.hancinema.net

Sebagaimana penduduk lain di sebuah desa terpencil yang ada utara provinsi Gyeongsang, Joon Kyeong (Kim Kang-Hoon) harus menempuh jarak yang jauh agar dapat bersekolah. Dari stasiun terdekat, ia masih harus melewati tiga terowongan dan tiga sungai untuk mencapai rumahnya.

Ironisnya, tidak ada jalan lain di desa itu selain menggunakan rel kereta api. Jelas ini sangat berbahaya. Sebetulnya, penduduk dapat menyiasatinya dengan cara memperhatikan jadwal perjalanan kereta penumpang.

Namun, yang sulit diprediksi ialah kereta barang yang melintasi dengan jadwal tak menentu. Akibatnya, sudah banyak penduduk desa yang meninggal karena terjebak di terowongan atau di rel tepat di atas sungai. Sebagian besar dari mereka tewas tenggelam karena terjun dari rel saat kereta lewat.

Poster filmnya aja udah bagus gini | Sumber Gambar Asianwiki
Poster filmnya aja udah bagus gini | Sumber Gambar Asianwiki

Joon Kyeong adalah anak yang cerdas. Terutama di bidang matematika. Dari SD saja, dia sudah banyak prestasinya. Kelak, ketika Joon Kyeong remaja (Park Jung-Min), ia bahkan mampu mengharumkan nama sekolahnya di kompetisi matematika.

Walaupun pribadinya agak tertutup dan ia tipe orang yang cuek, namun sejak dulu dia selalu berupaya agar desanya memiliki stasiun sendiri. Kecil nggak apa-apa, asalkan penduduk desa bisa bepergian dengan lebih mudah dan nyaman. Bayangkan, untuk menuju gedung SMA tempat ia belajar, Joon Kyeong harus menempuh waktu 2 jam sekali jalan.

Joon Kyeong kecil sudah berprestasi. Yang di sebelah kanan itu kakaknya | Sumber gambar IMDB
Joon Kyeong kecil sudah berprestasi. Yang di sebelah kanan itu kakaknya | Sumber gambar IMDB

Apa yang Joon perbuat untuk mengusahakan hadirnya stasiun itu? Dia menulis surat kepada presiden secara berkala. Satu kali, suratnya dibaca oleh Ra-Hee (Lim Yoon-A), seorang gadis yang diam-diam suka kepadanya. Awalnya Joon tak mengindahkan usaha Ra-Hee untuk mendekatinya.

"Ayahku seorang anggota dewan, mungkin aku bisa memintanya untuk menyampaikan pesanmu," ujar Ra-Hee suatu kali.

Sejak itu, keduanya mulai dekat. Sayang, rupanya ayahnya tetap tidak mampu mengusahakan dibangunnya stasiun itu. Saat kemudian Joon mengikuti kompetisi matematika demi memperebutkan piala presiden pun, impiannya untuk menghadirkan stasiun di desa tak berjalan mulus. Saat izin kemudian didapat, Joon berusaha mengajak warga desanya untuk sama-sama membangun.

Ironisnya, sang ayah Tae-Yoon (Lee Sung-Min) yang seorang masinis kereta malah menganggap usaha anaknya dan penduduk desa sambil lalu.

Joon Kyeong dan alatnya untuk mendeteksi kedatangan kereta | Sumber gambar IMDB
Joon Kyeong dan alatnya untuk mendeteksi kedatangan kereta | Sumber gambar IMDB

Ya, hubungan Joon dan ayahnya memang tidak terlalu baik. Selama ini mereka hidup terpisah. Saat ayahnya pindah ke desa yang lebih ramai, Joon tetap bertahan tinggal berdua dengan kakak perempuannya Bo-Kyeong (Lee Soo-Kyung) yang sangat sayang kepadanya, begitu memperhatikan dan mengurusinya terlebih ibu mereka sudah lama meninggal. Jadi, sepertinya, Joon baru bersedia pergi dari desa itu saat impiannya membangun stasiun terwujud.

Ironisnya, Joon mulai ditabrakkan dengan impian-impiannya yang lain. Misalnya saja dapat bersekolah di Seoul demi mendekatkan impiannya untuk menjadi astronot. Dan, saat harapannya itu terasa semakin dekat, ia gamang, apakah siap meninggalkan desanya tanpa hadirnya stasiun yang menjadi keinginannya sejak lama?

Matematika sih pinter. Tapi nulis surat tata bahasanya parah | Sumber gambar IMDB
Matematika sih pinter. Tapi nulis surat tata bahasanya parah | Sumber gambar IMDB

Lantas, kenapa Joon Kyeong begitu berambisi akan itu? Rupanya, ada cerita penting yang sedikit demi sedikit terbuka menjelang akhir film ini.

*   *   *

Bersetting di tahun 1988, Mircale: Letters to The President (2021) ini merupakan film yang terinspirasi/dikembangkan dari kisah nyata pembangunan stasiun kereta pertama di Korea Selatan.

Jujur saja, awalnya saya kira film ini sekadar film inspiratif belaka from zero to hero tentang perjuangan seseorang dalam mencapai tujuan. Nggak salah sih, faktanya memang film ini disajikan seperti itu. Namun, ada banyak plot twist yang mengharukan tersaji sejak di bagian tengah hingga akhir film.

Ngomong dari hati ke hari antara anak dan bapak | Sumber gambar www.hancinema.net
Ngomong dari hati ke hari antara anak dan bapak | Sumber gambar www.hancinema.net

Adegan kocaknya pun hadir silih berganti. Dalam satu scene saya bisa tertawa terbahak-bahan, namun di adegan lain, bulir-bulir air mata mulai berjatuhan hahaha. Ya, film sejenis ini memang yang paling saya suka.

Walau begitu, bukan berarti film ini tidak ada plot hole-nya. Sebetulnya kereta bisa saja berhenti di desa tersebut walaupun tidak ada bangunan stasiunnya. Tapi belakangan ada salah satu poin yang menyebabkan hal itu tidak dapat dilakukan.

"Saya ingin bekerja (menjalankan dan memberhentikan kereta) sesuai dengan petunjuk sinyal."

Dalam pemikiran sederhana, sinyal ini ya titik-titik pemberhentian. Kalau kereta yang seharusnya terus berjalan namun kemudian berhenti takutnya ada efek domino kan. Kereta lain di belakang bisa menabrak. Walaupun, lagi-lagi itu perkara pengaturan saja. Namun, ya, saya paham ini bagian dari kerangka cerita. Sebab jika sejak awal kereta udah bisa berhenti di desa tanpa adanya stasiun, film ini tidak perlu dibuat haha.


Akting pemainnya luar biasa bagus! Semua bermain dengan prima. Film yang disutradarai dan naskahnya ditulis oleh Jang-Hoon Lee ini berhasil mengangkat tema sederhana yakni tentang impian, hubungan adik-kakak & anak dan ayah ke level yang lebih tinggi. Ah, saya suka film ini!

Skor 9,4/10

Penulis bagian dari Kompal
Penulis bagian dari Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun