"Tapi nggak ada bukti di foto bahwa saya yang mengambil uangnya, kan?" ujar saya. "Dan, bisa nggak dilihat rekaman videonya kalau saya salah pencet tombol?"
Sayangnya, hal itu tidak dapat dilakukan karena bukti yang diperlihatkan pada kami hanya berupa foto bukan video. Namun, Sdr Reza berusaha menenangkan dan meyakinkan bahwa uangnya memang tidak keluar. Kasarnya, dari cuplikan foto yang dia dapatkan dari pihak vendor ATM memang TIDAK TERLIHATÂ saya mengambil uang dari mesin ATM saat itu.
Mendengar itu, beban yang sebulan belakangan bergelayut di pundak saya terasa luruh.
Walaupun sejak awal bibi selalu meyakinkan kalau dia percaya sama saya, tapi dengan adanya informasi dari Sdr Reza itu, saya merasa sangat lega. Lega luar biasa.
Saat Sdr Reza selesai membuat laporan (nomornya 39523217), ia menyampaikan, "jadi ini nanti prosesnya 3 hari kerja ya Pak. Mudah-mudahan dananya dapat segera dikembalikan (dikreditkan kembali ke rekening bibi saya) antara 3 sampai 8 hari ke depan."
"Saya minta tolong ya mas, nanti kami di follow up kembali. Biar benar-benar clear. Gak masalah misalnya waktunya 1-2 minggu ke depan, tapi kalau dananya sudah berhasil dikembalikan, kontak kami," pinta saya kepadanya. Ya, walaupun bibi saya mungkin akan dapat notifikasi uang masuk-keluar lewat hapenya, cuma kalau ada kontak langsung dari BRI melalui Sdr Reza rasanya lebih bagus.Â
Dan beliau menyanggupi. Jadi, saya sekarang posisinya sudah lega. Tapi belum 100%. Ketika nanti uangnya sudah benar-benar dikembalikan ke rekening bibi saya, barulah saya merasa kasus "kehilangan" uang ini betul-betul tuntas.
Dari kedatangan saya dan bibi kali ini, sebetulnya masih memunculkan beberapa pertanyaan. Pertama, jawaban BRI pusat atas laporan kami yang  pertama otomatis terbantahkan. Saat itu mereka menjawab bahwa, "Hasil laporan menyatakan bahwa transaksi sukses/normal menggunakan kartu ATM dan PIN ATM yang sesuai."
Intinya mereka, tim penyelidik, menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada kami sebagai nasabah.