Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah Tiga Perempuan Jakarta di Film "Selamat Pagi, Malam"

31 Maret 2022   10:59 Diperbarui: 31 Maret 2022   11:13 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indri yang merasa kecewa saat bertemu Davit | Sumber gambar kgiaji.wordpress.com

Belum habis masa berkabung pasca ditinggal pergi oleh sang suami, Ci Surya (Dayu Wijanto) menemukan sebuah fakta bahwa selama ini, suami yang ia sayangi ternyata berselingkuh dengan seorang perempuan bernama Sofia (Dira Sugandi).

Tak banyak petunjuk yang ia dapatkan selain secarik kertas dengan kop sebuah hotel dan nomor telepon perempuan itu.

Saat ia mencoba menghubungi si perempuan lewat ponsel suaminya, kata sapaan yang pertama kali didengar adalah, "halo sayang."

Jelas, sebagai seorang istri, hatinya terluka dan batinnya tercabik. Namun, apa langkah yang kemudian akan ia ambil?

Di tempat lain, Gia (Adinia Wirasti) memutuskan pulang ke Jakarta pasca berkuliah dan bekerja di New York bertahun-tahun lamanya. Setiba di Jakarta, ia cukup syok dengan perubahan yang terjadi. Jakarta semakin padat dan ia turut merasakan tuntutan lingkungan terhadapnya, salah satunya soal menikah.

Poster Selamat Pagi, Malam | Sumber gambar IMDB
Poster Selamat Pagi, Malam | Sumber gambar IMDB

"Perempuan itu harus beranak loh."

"Wah saya tidak mau punya anak, tante," jawabnya satu kali saat bertemu dengan teman-teman ibunya.

Jelas respon semacam itu menjadi santapan bagi orang yang mendengar. Tapi Gia tak begitu peduli. Ia tenggelam dengan pikirannya sendiri. Sambil memperhatikan tingkah pola orang di sekitarnya (yang terlalu gemar menggunakan ponsel), Gia mencoba menata hati untuk mengontak Naomi (Marissa Anita), seseorang yang dulu banyak menemani harinya selama di New York.

Saat Gia mencoba menelepon dan di akhir percakapan ia berkata, "I miss you." Dan dijawab, "I miss you too." Sebagai penonton, saya sudah merasa jelas hubungan mereka terjalin tak hanya sebatas pertemanan atau persahabatan.

Kehidupan wanita ketiga diperlihatkan di sosok Indri (Ina Panggabean), seorang pekerja di sebuah pusat olahraga dan kebugaran yang menjalin hubungan lewat Blackberry Messenger/BBM dengan seorang pria bernama Davit (Paul Agusta).

Sejak awal, komunikasi keduanya sudah crossed the line. Tak hanya melakukan dialog-dialog biasa, namun kalimat-kalimat vulgar kerap digunakan, terlebih Davit. Satu yang pasti, Davit pria yang tajir. Sayangnya, saat berjumpa Indri kecewa.

Alih-alih pria gagah dengan perut kotak-kotak, Davit yang ia jumpai adalah pria dengan kelebihan lemak di segala lini. Indri kecewa, namun tetap meladeni obrolan di restoran mewah itu sebatas untuk mencicipi makanan mahal.

"Yuk cepetan makannya, aku udah booking hotel, nih!" Sahut Davit kemudian.

Sebetulnya, dari resto ke hotel sudah ada dalam espektasi dan bayang-bayangnya sebelum bertemu. Namun, karena Davit tak sesuai harapannya, Indri harus mencari cara untuk menolak. Di sinilah bencana itu terjadi. Davit meninggalkan Indri di resto dan tak turut membayar makanannya.

Ci Surya yang berusaha mencari tahu tentang Sofia | Sumber gambar Liputan6
Ci Surya yang berusaha mencari tahu tentang Sofia | Sumber gambar Liputan6

Namun, resto itu meninggalkan kisah yang lain saat Faisal (Trisa Triandesa), pelayan resto kemudian menjadi sosok yang menemani Indri di malam-malam penuh rasa kesal di hatinya.

Lalu, ketiga perempuan ini sama-sama bersisian di sebuah hotel murah dengan interior norak bernama Lone Star. Di sana, kisah-kisah mereka bertalian dan memaparkan kehidupan warga Jakarta yang apa adanya lewat ketiga sosok perempuan dengan kisah hidup yang berbeda namun memiliki kesamaan yakni sama-sama mencoba menata hati dalam rumitnya kehidupan yang mereka jalani.

*   *   *

Selamat Pagi, Malam atau yang versi internasionalnya berjudul In The Absense of The Sun ini adalah film kedua dari sutradara Lucky Kuswandi yang saya tonton. Sebelumnya, saya sudah menyaksikan Ali & The Queens yang juga saya suka penggarapannya.

Film ini punya cerita yang kuat dan dengan jajaran pemain yang hebat mampu men-deliver pesannya ke penonton. Semua nama pemain yang saya sebutkan di atas, tidak ada yang bermain jelek! Bahkan, pemain-pemain lain yang muncul sekilas/cameo pun bermain bagus.


Di Festival Film Indonesia 2014 lalu, Selamat Pagi, Malam juga berhasil unjuk gigi di 3 kategori yakni nominasi sutradara terbaik, skenario asli terbaik dan tata musik terbaik yang sayangnya belum berhasil dimenangi.

Dan, tipe film omnibus semacam ini juga jenis film yang saya suka. Di mana, para pemainnya tidak mengenal satu sama lain, namun rupanya kehidupan mereka bersisian di satu tempat. Ya, mirip seperti film Love, Berbagi Suami atau Jakarta Maghrib.

Selamat Pagi, Malam adalah film yang saya pilih tadi malam sebagai bentuk perayaan untuk Hari Film Nasional yang jatuh pada setiap tanggal 30 Maret. Bagi yang tertarik, film ini dapat disaksikan di Netflix, ya!

Skor 8,8/10

Penulis bagian dari Kompal
Penulis bagian dari Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun