Makanya saya penasaran juga untuk susur mangrove di Desa Serawet ini. Apalagi, di salah satu area ada Pohon Berdoa yang konon katanya dapat mengabulkan harapan. Oleh pengunjung, pohon ini digantungi pita-pita berwarna merah. Terlepas percaya atau tidak, jelas keberadaan Pohon Berdoa ini menjadi daya tarik sendiri.
Tak jauh dari sana ada pula Pulau Napomanuk atau Pulau Ayam karena di sana banyak terdapat ayam liar. Satu yang pasti, jika ada mangrove, berarti ikan air tawar atau udang biasanya dengan mudah ditemukan.
Jika beruntung, kita bisa berpapasan dengan orang lokal yang menjual hasil tangkapannya. Lumayan, turut membantu melarisi dagangan mereka, bukan?
MENYEMAI CINTA LEWAT RASA
Di Minahasa, ada satu peribahasa yang berbunyi, "Baya kakanen ri matuli-tuli wia tikoo, sa ulit longko niu." Yang berarti, "semua makanan tidak menyentuh kerongkongan kalau memang keringat kamu."
Maksudnya, hasil jerih payah kita akan jauh terasa lebih nikmat dirasakan daripada yang didapat dengan cara yang tidak halal. Sebuah peribahasa yang mengajarkan kita nilai-nilai kehidupan.
Di sisi lain, jelas peribahasa itu bersinggungan langsung dengan makanan, yang menjadi salah satu faktor yang tak kalah penting dalam memperkenalkan kebudayaan setempat kepada wisatawan. Dan, makanan khas Minahasa tentu saja dengan mudah dijumpai di Likupang.
Ada satu makanan yang saya sudah penasaran sejak lama namun belum kesampaian mencicipi. Ya, niatnya juga sekali icip langsung di tempat asalnya memang hehe. Makanan itu yakni Bubur Tinutuan yang juga dikenal dengan Bubur Manado.
Bahan dasarnya sih sama kayak bubur lainnya, namun Bubur Tinutuan biasanya dicampur dengan sayuran (kangkung, bayam, kemangi, jagung, ubu, labu kuning) dan ada toping cakalang atau cacahan daging sapi. Makan bubur ini sambil nyemil Pisang Goroho (pisang goreng pipih) dan Sambal Roa pasti terasa lebih nikmat.
Ada pula camilan Panada, roti goreng dengan isian ikan cakalang suir. Nah ini saya pernah coba saat ke Ternate dan memang enak! Camilan lain yang tak kalah menggoda adalah Lalampa, ketan kukus dengan isian cakalang yang dibungkus dengan daun pisang. Sekilas memang terlihat seperti lemper.