Inilah yang dialami oleh Lion Air JT610 di mana dari olahan kotak hitam terlihat pilot berusaha terus menaikkan hidung pesawat yang sebentar-sebentar mengarah ke bawah.
Yang mengerikan lagi, Boeing memutuskan untuk tidak menginformasikan sistem baru ini dengan alasan, "agar pilot tidak terlalu banyak dijejali informasi yang tidak penting."
Padahal, jauh sebelum ini perusahaan Lion Air bahkan mempertanyakan, "bukankah sebaiknya pilot diberikan pelatihan khusus dengan ditambahkannya sistem baru ini?"
Menanggapi surat dari Lion Air itu, yang ada pihak Boeing malah mencemooh dan menganggap pilot-pilot (Lion Air) bodoh. Sebab saat kemudian  permasalahan seputar MCAS ini mencuat, pihak Boeing beranggapan, "kecelakaan itu tidak akan terjadi jika pilot Amerika yang membawa pesawat."
Namun, asosiasi atau persatuan pilot kemudian mendesak. Pihak Boeing kemudian mengeluarkan panduan apa yang harus dilakukan pilot jika menemukan kerusakan sistem MCAS. Sayangnya, panduan itu pun ternyata membawa petaka.
KECELAKAAN KEDUA TERJADI
Berselang 5 bulan dari kecelakaan JT610, musibah serupa dialami pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET302 yang melayani rute dari Addis Ababa, Ethiopia menuju Nairobi, Kenya. Kecelakaan ini menewaskan 157 penumpang di mana 8 diantaranya adalah awak kapal.
Tak jauh berbeda dengan Lion Air JT610, pesawat Ethiopia ini pun jatuh tak lama setelah lepas landas. Bahkan, pesawat ini jatuh setelah 6 menit terbang dan satu kesamaan antara kedua tragedi ini yakni pesawat yang dipakai adalah Boeing 737 MAX 8.
Jelas hal ini menggemparkan. Para pengamat dunia penerbangan mengatakan jika kejadian ini sungguh di luar nalar. Cuaca bagus, pesawat baru, pilot andal. Apalagi yang kurang?
"Sudah sepatutnya di zaman modern seperti sekarang, kecelakaan beruntun dalam waktu berdekatan tidak terjadi," ujar salah satu tokoh yang diwawancari.