Lembaga amal ini kemudian mengumpulkan para donatur. Dan, lagi-lagi Rahim diberikan "panggung" untuk menceritakan kisah hero-nya itu. Ditambah lagi, anaknya yang kesulitan berbicara pun diberikan waktu untuk menceritakan betapa baiknya sang ayah. Seketika para donator langsung memberikan sumbangan demi kebebasan Rahim.
Namun, lagi-lagi jumlahnya belum cukup. Saat lembaga amal menjadi penengah, Bahram masih dengan pendiriannya. Ia baru akan mencabut tuntutannya jika uangnya dikembalikan secara penuh.
Terang saja hal ini menimbulkan protes dari banyak orang. Namun, Bahram dengan tegas menyatakan, "Bahkan jika dia menemukan tas dan mengembalikan ke pemiliknya, itu hal normal, dia melakukan tugasnya. Ada banyak orang yang berada dalam situasi yang jauh lebih buruk daripada dia. Mereka bisa mencuri, tapi tidak melakukannya. Di mana di dunia ini orang-orang diberi selamat karena tidak melakukan kesalahan?"
Dikarenakan tidak adanya kesepakatan, mau tidak mau Rahim harus kembali mendekam di penjara. Namun, kemudian ada satu titik saat Bahram memberikan kelonggaran. Itu pun terjadi ketika Rahim dijanjikan lembaga amal akan diberikan pekerjaan di sebuah kantor administrasi pemerintah.
Dengan uang sumbangan dan jaminan dari kakak iparnya, Rahim dapat dibebaskan dan langsung bekerja sehingga sisanya dapat dicicil setiap bulan.
Sayangnya, belakangan muncul rumor jika cerita soal ia menemukan emas itu hanyalah akal-akalan demi mendapatkan simpatik publik. Misalnya saja, kenapa saat membuat pengumuman alih-alih menuliskan nomor telepon kakaknya Rahim malah menuliskan nomor telepon penjara.
Pimpinan kantor pemerintahan pun tak dengan mudah menerima ia bekerja. "Aku harus bertemu dengan pemilik emas tersebut. Juga dengan kakakmu untuk memastikan cerita itu semuanya benar."
Masalah kemudian muncul saat pemilik emas tidak dapat dihubungi. Nomor telepon yang digunakan pun ternyata milik sopir taksi yang mengantarkan. Saat Rahim berusaha melacak di titik terakhir pemilik emas diturunkan pun tak ada satu pun orang yang mengenalnya.