Kepanikan terjadi. Mita ketakutan jika berkas mereka dinyatakan palsu maka ia dan suaminya akan dipenjara. Tapi, show must go on! Ketika satu kebohongan tercipta, maka akan ada kebohongan-kebohongan lain yang akan menyertainya, bukan?
Pada para tetangga yang semuanya orang kaya dan kepada para pegawainya, Raj dan Mita mengaku akan berlibur di Eropa selama 1 bulan. Padahal, mereka harus mencari tempat tinggal baru sementara di lingkungan kumuh dan miskin hanya untuk meloloskan rencana mereka menyekolahkan Pia di Delhi Grammar School.
Drama pun terjadi. Tidak mudah bagi keduanya yang terbiasa hidup nyaman untuk berlakon layaknya orang susah dengan segala keterbatasan fasilitas. Rumah yang sempit, air yang tidak tersedia hingga kekhawatiran mereka saat pihak sekolah datang dan melakukan survei langsung.
Agar terlihat meyakinkan, Raj menerima tawaran Syham Prakash (Deepak Dobriyal) untuk bekerja di sebuah pabrik. Mita pun harus berjibaku antre demi mendapatkan air bersih dan memberi beras kiloan di toko kelontong bersama para tetangga.
Lalu, apakah penyamaran dan semua kebohongan mereka ini akan berhasil?
CERMINAN BOBROKNYA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Yang saya dengar, di negara maju kualitas pendidikan itu sama rata di seluruh sekolah. Terutama sekolah negeri milik pemerintah. Di Jepang, anak akan diarahkan untuk bersekolah yang berada tak jauh dari rumah. India (dan juga Indonesia) mulai mempraktikkan hal ini sebagaimana yang diperlihatkan di film Hindi Medium ini.
Tujuannya sih tentu saja bagus. Tapi, sepertinya kesiapan pemerintah untuk menciptakan kualitas pendidikan yang sama bagusnya itu baik dari segi fasilitas dan tenaga pengajar, masih jadi PR besar. Jika saya membandingkan dengan apa yang ada di film, sepertinya Indonesia jauh lebih baik, ya. Saya rasa, sekolah negeri di Jakarta (biar apple to apple dengan New Delhi yang ibukota India) sudah jauh lebih baik dari segi kualitas pengajar dan fasilitas sekolahnya.
Walaupun, di Palembang sendiri misalnya, masih ada pihak-pihak yang berlaku curang sama seperti Raj. Mencari kerabat untuk dapat ditumpangi KK (Kartu Keluarga)nya biar si anak nebeng sekolah di sekolah favorit yang ada di sekitaran situ. Pemerintah berusaha menangkal praktik curang ini dengan hanya menerima KK (Kartu Keluarga) cetakan lama. Tapi, percayalah, selalu ada celah untuk berlaku curang.
Saket Chaudhary sebagai sutradara berusaha kuat untuk menunjukkan realitas ini lewat tayangan berdurasi 2 jam lebih. Namun sayangnya, ada beberapa elemen film yang cukup lemah. Misalnya saja naskah yang kurang kuat, masih adanya beberapa plot hole yang jadi kurang singkron dengan jalinan ceritanya.