[Spoiler rate: 100%]
Sebagai kepala KCIA/Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, tentu saja hubungan Kim Kyu-Pyeong (Lee Byung-Hun) dan Presiden Park (Lee Sung-min) tergolong dekat. Apalagi, keduanya bersama-sama terlibat dalam penggulingan presiden sebelumnya/kudeta dengan semangat membawa perubahan bagi Korea Selatan.
Presiden Park memang berjasa melakukan modernisasi terhadap Korea Selatan. Di bawah kepemimpinannya sebagai presiden yang berlangsung selama 18 tahun, pembangunan di Korea Selatan berlangsung pesat. Sayangnya, lama kelamaan Presiden Park mulai melenceng. Dia melakukan korupsi dan menjalankan pemerintahaan secara otoriter.
Hubungan Presiden Park dan Kim mulai mengendur saat Kim mulai mengabaikan perintah yang dianggap menciderai semangat revolusi yang sebelumnya mereka bangun bersama.
Misalnya saja, saat Kim diminta untuk membunuh Park Yong-gak (Kwak Do-won) yang dianggap sebagai pengkhianat Korea Selatan hanya karena Park Yong memegang bukti korupsi yang dilakukan oleh Presiden Park.
Selain itu, ada pula kepala keamanan presiden Jeon Du-Hyeo (Seo Hyun-Woo) si penjilat yang sering menjelek-jelekkan Kim dari belakang.
Dari sini, ada perasaan cemburu yang dirasakan oleh Kim, yakni ketika dia yang sebelumnya dekat dengan presiden --bahkan digadang-gadangkan bakal jadi pengganti Presiden Park jika nanti lengser, perlahan dijauhi oleh Presiden Park sendiri karena ketidak cocokan di antara mereka yang semakin kuat terasa.
Presiden Park memang kemudian terbunuh oleh Kim. Namun, yang menarik dari film berdurasi hampir 2 jam ini ialah, bagaimana sutradara Woo Min-ho menampilkan 40 hari terakhir Presiden Park sebelum kemudian dia terbunuh pada tanggal 26 Oktober 1979.
DIANGKAT DARI KISAH NYATA
Walaupun nama tokohnya tidak dibuat sama persis, namun, apa yang diangkat di film ini betul-betul berdasarkan kisah nyata kematian Presiden Park Chung-Hee yang tewas ditembak oleh Kim Jae-kyu dalam sebuah jamuan makan.
Bahkan, di akhir film, diperlihatkan potongan video kesaksian Kim Jae-kyu di pesidangan yang menjelaskan apa alasan sesungguhnya dia nekat melakukan pembunuhan padahal dia adalah kepala intelijen yang seharusnya turut memberi perlindungan kepada presiden.
Yang menarik, rupanya Presiden Park Chung-Hee sebelumnya pernah lolos dalam percobaan pembunuhan yang terjadi pada tanggal 15 Agustus 1974.
Saat itu dia berhasil selamat walaupun istrinya Yuk Yeong-su tewas di tangan agen rahasia dari Korea Utara --Mun se-gwang. Nah, saat kemudian dia benar-benar terbunuh 5 tahun berselang, sedikit banyak ada campur tangan juga dari Amerika Serikat.
The Man Standing Next bukan tipe film yang menawarkan banyak adegan laga. Mayoritas adegan bahkan "hanya" berisi dialog-dialog yang butuh konsentrasi khusus untuk disimak.
Apalagi, ada beberapa tokoh yang namanya sama dan juga film ini berjalan dengan tak banyak memberikan penjelasan mengenai latar belakang tiap-tiap tokohnya.
Akting para pemainnya luar biasa. Terutama dari Lee Byung-Hun yang karena perannya di film ini dia diganjar penghargaan Best Actor di Baeksang Arts Awards tahun 2020. Film ini juga memenangkan kategori Film Terbaik dalam ajang Blue Dragon Film Awards tahun 2020.
Untuk sebuah sajian dengan latar belakang sejarah yang dapat dikatakan aktual, The Man Standing Next ini adalah sebuah tontonan yang menarik!
Film ini dapat disaksikan secara legal lewat aplikasi Klik Film.
Skor 8,4/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H