Mulanya kami minta kepada pihak faskes 1 untuk memberikan surat rujukan tanpa ibu harus datang. "Dia cuma bisa berbaring, bisa gak liat pake video call aja?"
Permintaan itu ditolak. Oke, kami berusaha paham bahwa itu prosedurnya. Jadilah, dengan perjuangan luar biasa, faskes 1 akhirnya didapatkan. Itu pun dokternya mau berjalan ke area parkir dan menemui ibu di mobil.
Permasalahan selanjutnya, ibu dirujuk ke RS kelas B. Di fase ini trust issue yang kemudian bermain. Dengan berganti RS, ibu harus melakukan pengecekan dari awal lagi.Â
Dokter pun tak serta merta meloloskan keinginan ibu untuk segera operasi. Ibu harus diobati dulu beberapa waktu. Sedangkan, ibu sudah merasa tidak tahan menahan sakit.
Alasan lain, fasilitas RS ini tak selengkap RS sebelumnya tempat ibu berobat. Keluarga berembuk dan kemudian memutuskan untuk operasi di RS pertama dengan pertimbangan ibu bisa langsung mendapatkan jadwal operasi segera dan juga perihal trust issue berhasil diatasi sebab sejak dulu ibu emang sudah terbiasa dan merasa nyaman berobat di RS tersebut.
Walaupun harus membayar biaya operasi puluhan juta dan melewati puluhan kali terapi setelahnya, alhamdulillah kini ibu sudah dapat beraktifitas seperti sedia kala tanpa harus tergantung lagi dengan kursi roda.
ANDAI IBU PUNYA ASURANSI TAMBAHAN
Dengan adanya kejadian itu, barulah terpikirkan betapa pentingnya punya back up kesehatan yang Lebih OptimAll berupa asuransi. Tentu, saya tidak bermaksud menafikan BPJS yang juga kami rasakan manfaatnya.Â
Namun, ada kondisi-kondisi tertentu sebagaimana yang terjadi pada ibu saya yang menjadikan penggunaan BPJS menjadi tidak efektif dan efisien.
Mencari asuransi juga nggak boleh sembarangan. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan, misalnya saja jenis yang sesuai kebutuhan atau tidak. Lalu, apakah perusahaan asuransinya punya kredibilitas yang baik dan memiliki jaringan RS yang luas serta proses klaimnya harus mudah dan tidak berbelit.