Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Di Balik Semangatnya Seorang Nenek Belajar Bahasa Inggris dalam Film "I Can Speak"

12 Januari 2022   16:20 Diperbarui: 16 Januari 2022   17:02 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nenek Na saat belajar Bahasa Inggris. Sumber gambar: Lotte Entertainment via IMDB

[Spoiler rate: 20-30%]

Park Min-Jae (Lee Je-Hoon) adalah pegawai baru di pusat layanan masyarakat. Di sana, dia bekerja untuk menerima dan memproses semua pengaduan yang dilayangkan. Dari yang sederhana seperti penerangan yang buruk di jalanan hingga yang berat seperti konflik pengusaha vs pedagang.

Dia tidak tahu bahwa di sana ada nenek Na Ok-Boon (Moon Hee-Na) yang sudah lama jadi "public enemy"-nya masyarakat dan juga para petugas di kantor layanan masyarakat itu. Bagaimana tidak, selama 20 tahun lebih kerjaan nenek Na tak lain tak bukan melaporkan setiap temuan yang ia jumpai.

Poster I Can Speak. Sumber gambar: Lotte Entertainment via IMDB
Poster I Can Speak. Sumber gambar: Lotte Entertainment via IMDB

Jika keluhannya belum ditindaklanjuti, dia akan menemui petinggi kantor layanan masyarakat dan mengomelinya. Banyak yang tidak suka kepadanya, walaupun orang-orang itu sebetulnya tahu apa yang nenek Na perbuat semata-mata demi keamanan dan kenyamanan tempat tinggal mereka.

"Bayangkan, kepala kantor ini sudah berganti 5 kali, tapi dia selalu bersemangat melapor hampir setiap hari!" ujar salah satu rekan Park Min-Jae.

Sebagai pegawai pindahan baru, Park sering dimanfaatkan oleh teman-teman satu kantor untuk menghadapi nenek Na. Bukan hal yang sulit, Park hanya perlu sedikit tegas. Toh, bagaimana pun pekerjaannya memang untuk melayani.

Nenek Na saat merayu Park agar mau menjadi gurunya. Sumber gambar: Lotte Entertainment via IMDB
Nenek Na saat merayu Park agar mau menjadi gurunya. Sumber gambar: Lotte Entertainment via IMDB

Ada satu kasus yang agak besar, yakni saat adanya sekelompok orang yang datang dan merusak pasar. Nenek Na meyakini orang itu adalah suruhan pengusaha yang berniat membongkar pasar. Dia bahkan bersedia mengendap di tengah malam untuk mengumpulkan bukti. Padahal, usianya udah nggak muda lagi. Tapi semangat dan keberaniannya memang luar biasa.

Satu lagi yang unik dari nenek Na. Dia semangat sekali belajar. Apalagi jika menyangkut pelajaran bahasa Inggris. Sayangnya, dikarenakan wataknya, para teman sekelas yang kebanyakan anak muda dan juga pengajar kursus tak betah mengajar dia yang cerewet. Pemilik kursus bahkan dengan tak enak hati harus mengembalikan uang belajar ke nenek Na.

Dalam satu pertemuan, nenek Na mengetahui bahwa Park sangat jago berbahasa Inggris. Dia lantas menemui Park dan meminta agar dia mau mengajari. "Kau akan kubayar," sahutnya. Sebagai pemilik toko pakaian, jelas nenek Na memiliki uang yang cukup untuk sekadar hidup atau membayar les bahasa.

Park menolak, namun bukan nenek Na jika terlalu cepat menyerah. Lama kelamaan Park luluh, terlebih selama ini rupanya adiknya yang masih SMA sering menumpang makan di kediaman nenek Na. Jadilah, dalam seminggu Park menyisihkan 3 hari untuk mengajari nenek Na bahasa Inggris.

Kehangatan mereka bertiga saat makan bersama. Sumber gambar: Lotte Entertainment via IMDB
Kehangatan mereka bertiga saat makan bersama. Sumber gambar: Lotte Entertainment via IMDB

"Kau tak perlu membayar," ujar Park. "Hanya, izinkan adikku sesekali makan masakanmu," sahutnya lagi.

Hubungan keduanya yang awalnya seperti tentara dan musuh kini berlangsung hangat. Park menganggap nenek Na sebagai neneknya sendiri. Begitu pun sebaliknya.

Seiring berjalannya waktu muncul sebuah pertanyaan, kenapa nenek Na bersemangat sekali belajar bahasa Inggris.

"Aku mempunyai adik. Dulu, saat masih kecil kami terpisah dan kini dia tinggal di Amerika Serikat," cerita nenek Na dengan suara getir. "Makanya, aku sengaja belajar agar bisa berkomunikasi dengan adikku itu."

Sebuah alasan yang masuk akal. Tapi, apakah benar itu satu-satunya alasan yang ada? Semakin menyimak kehidupan nenek Na dan Park, semakin banyak rahasia yang perlahan terkuak. Dan rupanya, hal ini ada hubungannya dengan masa kecil nenek Na yang hidup dalam penjajahan Jepang.

***

Mengangkat tema seseorang yang bersemangat belajar bahasa Inggris, saya jadi teringat film English Vinglish (2012) yang dibintangi oleh Sri Devi. Keduanya memiliki pesan yang sama, bahwa usia tidaklah menjadi halangan untuk kita terus belajar dan mengupgrade diri.

Namun, jika terpaksa dikomparasi, dapat saya bilang bahwa I Can Speak ini lebih unggul dalam beberapa aspek. Pertama, ceritanya lebih kuat dan rupanya kisah nenek Na ini terinspirasi dari kejadian nyata. Akting Moon Hee-Na sebagai nenek cerewet nan bersemangat juga bagus banget.

Tak heran, atas perannya di film I Can Speak ini Moon Hee-Na diganjar penghargaan Best Actress di berbagai festival film. Seperti Daejong Film Award, Baeksang Arts Award, Blue Dragon Arts Awards dan The Seoul Awards.

Hebatnya, para pemain lain dapat mengimbangi, termasuk Lee Je-Hoon yang dengan kepiawaiannya dapat membangun chemistry dengan pemain senior sehingga akting mereka sangat membaur dan menyatu dalam ceritanya. 

Kemampuan Lee Je-Hoon dalam berbahasa Inggris juga keren. Dia mampu berbicara dengan aksen yang bagus, tidak medhok ala Korean pada umumnya yang sering saya saksikan di drama/film.

Kedua, skenarionya ditulis dengan sangat baik. Latar belakang para tokohnya disajikan dengan porsi yang pas. Dan, cara penulisnya membangun benang merah antartokohnya terasa begitu smooth. Drama keluarga yang hangat semacam ini adalah tipe tontonan yang selain menghibur juga memberikan banyak hikmah.

Walau sudah tayang sejak 2017 lalu, saya baru berkesempatan menyaksikan film ini lewat sebuah aplikasi nonton berbayar di awal tahun 2022 ini. Walaupun mungkin terlalu dini, tapi saya bisa bilang bahwa I Can Speak adalah salah satu film terbaik yang saya tonton di tahun ini.

Skor 9/10

Penulis bagian dari Kompal/Dokumentasi Kompal
Penulis bagian dari Kompal/Dokumentasi Kompal

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun