Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Menyoal Deretan Belenggu yang Merenggut Mimpi dalam Film "Yuni"

11 Desember 2021   15:57 Diperbarui: 12 Desember 2021   00:46 2124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Spoiler rate: 30-40%]

Baru juga berjumpa sekali, Iman (Muhammad Khan) rupanya langsung jatuh hati dengan Yuni (Arawinda Kirana) dan langsung mengajak kedua orang tuanya mendatangi kediaman tempat Yuni dan neneknya (Nazla Toyib) tinggal dengan tujuan melamar.

Nggak ada yang salah dengan itu sebetulnya. Iman seorang bujangan, pekerjaannya sebagai mandor muda juga tampak menjanjikan. Tapi, bagi Yuni semua menjadi begitu sulit. Dia masih kelas 3 SMA. Walaupun sebentar lagi lulus dan umum perempuan muda untuk menikah setelah tamat sekolah, sejatinya Yuni punya mimpi yang lebih besar. Ia ingin berkuliah.

Apalagi dia punya Ibu Lies  (Marissa Anita) salah satu guru yang begitu memperhatikan dan senantiasa memberikan dorongan. "Kamu bisa berkuliah dengan beasiswa loh Yun. Syaratnya minimal ranking 3 di kelas dan belum menikah. Kamu salah satu siswi yang memenuhi kriteria itu," ujar Bu Lies.

Benar saja, Yuni termasuk siswi yang cerdas. Nilai Fisika, Matematika, Kimia, Biologi dan lainnya bagus kecuali pelajaran Bahasa Indonesia yang diasuh oleh guru muda yang tampan -Pak Damar (Dimas Aditya).

Yuni dengan Pak Damar, guru muda yang ia suka. Sumber CNN Indonesia
Yuni dengan Pak Damar, guru muda yang ia suka. Sumber CNN Indonesia

Biarpun di hadapan kawan dekatnya ia kerap membantah, diam-diam rupanya Yuni menaruh hati pada Pak Damar. Di sisi lain, adik kelas yang juga tetangganya Yoga (Kevin Ardillova) rupanya naksir kepada Yuni dan berbaik hati membantunya menyelesaikan tugas-tugas Bahasa Indonesia yang diberikan Pak Damar.

Yuni bukannya tak tahu takkala Yoga mendekati dan menyapanya dengan malu-malu, bibir terkatup dan mata yang dipalingkan ketika tatapan keduanya beradu pandang. Yuni bukannya juga tak penasaran bagaimana rasanya pacaran seperti teman-temannya, namun sepertinya nilai-nilai kepantasan melekat kuat dari ajaran neneknya-yang-agak-koboi itu.

Kedua orang tuanya yang bekerja di Jakarta juga sangat sayang padanya. Menyerahkan semua keputusan ke tangan Yuni, termasuk lamaran-lamaran yang menghampiri. Ya, lepas dari lamara Iman, datang lagi seorang pria yang melamar.

Yoga, adik kelas dan juga tetangga yang diam-diam menyukainya. Sumber gambar Harianmerapi.com
Yoga, adik kelas dan juga tetangga yang diam-diam menyukainya. Sumber gambar Harianmerapi.com

Bukan bujangan sebagaimana Iman, pria kedua itu ialah Mang Dodi (Toto S.T Radik) yang ingin menjadikan Yuni sebagai istri kedua. "Ini saya titip uang biar Yuni bisa ganti motor. Trus, kalau nanti di malam pertama Yuni terbukti perawan, saya tambah lagi 25 juta," ujar Mang Dodi kepada nenek yang didengar oleh Yuni dari balik pintu.

Jadi bagaimana, apakah Yuni harus menolak? Dia ragu, terlebih ada anggapan di kampungnya, jika menolak lamaran pria lebih dari dua kali itu pamali. Pantang dilanggar jika tidak mau hal-hal buruk menghampiri. Namun, jika diterima dan apalagi menjadi istri kedua, bagaimana dengan semua mimpi-mimpinya?

BERAGAM ISU SOSIAL DARI FILM YUNI

Film yang naskahnya ditulis oleh Prima Rusdi dan Kamila Andini (berlaku juga sebagai sutradara) ini menghadirkan begitu banyak isu sosial dalam 122 menit durasinya. Di zaman modern seperti sekarang, rupanya masih ada anggapan yang membelenggu mimpi anak muda untuk dapat lebih maju.

"Perempuan mah yang penting jago di dapur, sumur dan kasur."

Anggapan seperti itu berulang kali digaungkan lewat celetukan-celetukan tetangga tempat Yuni tinggal. Tak hanya mengenai pamali, Yuni dianggap kurang bersyukur terhadap lamaran yang ia terima. Iman, bagi sebagian besar gadis di desanya mungkin tipe calon suami idaman.

Dewasa ini pula, masih mudah ditemukan perempuan yang rela menjadi istri kedua, apalagi istri pertama (sebagaimana istri tokoh Mang Toto) memberikan izin. Bayang-bayang hidup terjamin kadang dapat menyingkirkan variabel-variabel dari sosok suami idaman para wanita.

Yuni bersama sahabat-sahabat terbaiknya, membicarakan masa depan. Sumber gambar Suarasurabaya.net
Yuni bersama sahabat-sahabat terbaiknya, membicarakan masa depan. Sumber gambar Suarasurabaya.net

Mereka boleh memimpikan pria muda yang tampan dan gagah, namun ketika ada pria lain yang usianya tak muda namun menawarkan kemapanan, bisa jadi kriteria akan calon suami yang sebelumnya ada menjadi tak begitu penting lagi.

Isu-isu sosial lain pun datang silih berganti. Sesederhana sulitnya masyarakat menikmati aliran listrik yang stabil dan senantiasa menyala. Dalam beberapa kali adegan, diperlihatkan listrik yang padam dan hal ini hadir di waktu yang pas. Termasuk isu lingkungan ketika area perumahan belakangan akan digusur dan digantikan dengan pabrik-pabrik.

Isu lain yang coba diangkat oleh film ini secara smooth yakni mengenai LGBT, satu yang sering dihinakan namun orangnya hadir dan tetap hidup dengan membawa trauma sebagaimana yang diperlihatkan lewat beberapa tokoh di film Yuni. Saking halusnya isu ini, saya sampai harus mengkonfirmasi dengan teman sebelah mengenai hal tersebut.

Masih banyak isu lain yang coba diangkat dalam porsi yang pas. Isu mengenai tes keperawanan di sekolah yang digaungkan oleh sesosok wakil rakyat, "penyakit" klepto, isu KDRT hingga pandangan-pandangan satu hal yang dibingkai dalam kacamata agama misalnya saja anak rohis yang melarang kegiatan band karena menganggap suara adalah aurat.

Dengan banyaknya ragam cerita, muncul satu kekhawatiran bagi saya terkait film Yuni yang terpilih menjadi perwakilan Indonesia di ajang Academy Award yakni apakah terjemahan dialognya dapat ditangkap oleh penonton asing, apalagi yang saya dengat untuk sajian festivalnya, durasi film ini lebih pendek.

Saya sendiri, orang Indonesia butuh teman berdiskusi untuk membahas film ini. Ada hal-hal yang saya tak paham misalnya terkait tradisi yang ada di Banten (apalagi film ini sepenuhnya menggunakan bahasa Jaseng/Jawa Serang), untuk itu, semoga film yang telah berhasil memenangkan penghargaan dari Platform Prize di Toronto International Film Festival 2021 ini kembali dapat unjuk gigi di Academy Award.

Arawinda Kirana sebagai Yuni. Sumber Jawa Pos
Arawinda Kirana sebagai Yuni. Sumber Jawa Pos

Nah bicara soal akting, semua pemain film ini tampil dengan prima. Terutama Arawinda Kirana yang berkat aktingnya, ia diganjar penghargaan Aktris Terbaik Festival Film Indonesia 2021 dan juga Snow Leopard di kategori yang sama di Asian World Film Festival 2021.

Tak hanya Arawinda, namun semua pemain bermain dengan bagus. Muhammad Khan seperti tidak berakting di sini saking naturalnya. Peran Kevin Ardillova yang menjadi pria lugu bikin gemes dan menawan. Lalu ada peran nenek, orang tua Yuni, para sahabat yang jadi warna tersendiri.

Saya bahkan baru ngeh jika yang memerankan Bu Lies itu Marissa Anita dan yang memerankan Suci itu Asmara Abigail saat akan menuliskan ulasan ini sebab mereka benar-benar jadi sosok berbeda di film ini (in positive way).


Dialog-dialognya bernas. Potongan-potongan puisi Sapardi Djoko Damono lewat buku Hujan Bulan Juni menambah warna di film ini. Cara Yuni menyelesaikan masalahnya memang tidak populer dan bisa jadi tak banyak disepakati oleh banyak orang (baca: penonton), namun itu dia cara yang terpikirkan olehnya. Cara yang dapat ia lakukan sebatas kemampuan yang ia punya.

Percakapan Yuni dan ayahnya saat listrik padam dan memotong kuku adalah salah satu bagian terbaik yang ada di film ini.

"Jika Yuni melalukan hal-hal yang tak sepantasnya, apakah bapak tetap mau mengakui Yuni sebagai anak?"

"Bapak akan temenin Yuni selama masih hidup."

Sebuah jawaban yang bikin mata berkaca-kaca.

Skor 9/10

Sumber gambar IMDB
Sumber gambar IMDB

Penulis bagian dari Kompal
Penulis bagian dari Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun