Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dari Babi Beriman hingga Malaikat Bercuti, Kisah-kisah Bernas dalam Buku "Bukan Perawan Maria"

19 November 2021   17:21 Diperbarui: 19 November 2021   17:28 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bagian dari Kompal

Kehebohan terjadi di sebuah kampung saat Kiai Fikri, orang yang dihormati dan disegani membawa kabar mengejutkan jika seekor babi bernama Baby menyatakan keinginannya untuk memeluk agama Islam.

"Dari berbagai penjuru ruangan, ucapan astagfirullah menggema, sebelum kemudian berbagai tangan serentak meminta kesempatan bicara." Hal.1

Memang sulit ditangkap nalar. Bagaimana seekor hewan yang dalam Islam diharamkan itu berkeinginan untuk menjadi mualaf. Sebagian masyarakat tentu saja menolak. Saya membayangkan, jika yang menyampaikan hal ini adalah warga biasa yang dianggap nggak soleh-soleh banget, pasti keributan besar akan terjadi.

"Tidak akan kita biarkan! Seluruh hal tentang babi itu haram. Seluruh zatnya. Titik."

"Apa hak kita melarang siapa pun untuk masuk Islam? Katanya, Islam itu rahmat bagi semesta alam?"

"Memangnya apa agama Baby sebelumnya? Kenapa dia ingin masuk Islam sekarang?"

"Kalau Anda melarang Baby masuk Islam, artinya Anda bersikap tidak adil. Dan, itu adalah sikap yang dibenci Allah dan Rasul-Nya." Hal.4.

Ucapan Kiai Fikri itu menggema diantara keriuhan, kegamangan mulai menyeruak ke relung sebagian warga. Apakah penolakan mereka beralasan? Bagaimana kalau ternyata Allah-lah yang ternyata menghendaki itu?

Kisah di atas adalah salah satu dari 19 cerpen yang ada di buku "Bukan Perawan Maria" ini. Cerpen berjudul "Baby Ingin Masuk Islam" ini hadir sebagai pembuka dan langsung menghentak saya sebagai pembaca.

"Kok bisa ya Feby Indriani kepikiran membuat cerpen seperti ini? Pikir saya.

Dan, semakin saya menyantap buku ini, semakin banyak kejutan yang saya jumpai. Ada banyak protes soal yang Feby utarakan dalam cerpen-cerpennya. Di cerpen "Tragedi Jumat Siang" misalnya, Feby mengangkat isu di mana banyak masjid yang sengaja menutup akses jalan dengan dalih: akan digunakan untuk beribadah.

Di satu sisi, ya beribadah tentu saja ganjarannya pahala. Namun, jika dilakukan dengan cara menutup akses jalan di mana ada banyak sekali orang yang berkepentingan akan menggunakannya, apakah bijak?

Tokoh Ahmad di cerpen ini bahkan dengan mudah dicap kafir, sombong, durhaka, setan dan (calon penghuni) neraka saat mencoba bernegosiasi untuk diizinkan lewat sebab dia terburu-buru sedangkan semua akses ditutup. Namun, komentar semacam, "Enggak menghargai sama sekali! Ini Jalan sudah dikosongkan untuk ibadah." Hal.15 yang ia dapatkan.

Saya pernah menulis tulisan khusus mengenai penggunaan speaker masjid beberapa waktu lalu. Nah, soal ini juga tak luput dari Feby. Di cerpen "Rencana Pembunuhan Sang Muazin" dia mencoba menggali suara hati orang-orang yang merasa terzalimi akan penggunaan speaker masjid yang tak mengenal waktu.

"Tiap dini hari aku selalu terbangun karena suara mengaji dari musala itu."

"Ah, betul! Aku juga. Apalagi ibu kosku baru memiliki bayi, dan si bayi sering terbangun karena kaget dengan pelantang suara muasala yang keras banget itu." Hal.19.

Di cerpen lain yang berjudul "Tanda Bekas Sujud (1)" saya tertawa geli saat membacanya. Cerpen ini bercerita tentang sekelompok anak muda yang berburu tanda hitam di jidat.

"Tanda bekas sujud, itu yang dikatakan guru pengajiannya, akan didapati pada wajah mereka yang rajin shalat. Semua rekannya di kelompok pengajian itu berlomba-lomba untuk memili tanda tersebut di kening mereka." Hal.33.

Saya tertawa sebab apa yang ada di cerpen ini sangat relate dengan apa yang kawan-kawan SMA saya lakukan dulu. Mereka --yang sebagian adalah anak rohis, dengan terbuka bercerita kepada saya dan kawan lain bahwa mereka melakukan beberapa cara untuk membuat jidat mereka hitam. Salah satunya dengan "mengerok" jidat mereka dengan menggunakan logam dan batu kecil. Buahahaha.

Foto: Dokpri
Foto: Dokpri

Kritik sosial Feby terhadap pria yang melakukan perselingkuhan dengan dalih poligami juga ia tuangkan dalam cerpen berjudul "Poligami dengan Peri". Bedanya, jika di kehidupan nyata para pria busuk ini yang mencari berbagai cara untuk melakukannya, namun di cerpen ini, permintaan poligami itu datang dari sang istri.

"Ya, aneh lah, mana ada istri yang sungguh-sungguh rela dari lubuk hati paling dalam kalau suaminya menikah lagi?"

"Ya, ada saja tuh cerita-cerita dari sebagian kelompok yang seperti itu. Malah jadi seperti kampanye. Istri-istrinya tampil bersama dan akur. Kan, perempuan salihah...."

"Ah, omong kosong! Itu, kan, pembodohan untuk para Muslimah! Aku paling marah dengan kampanye seperti itu! Meremehkan perempuan banget!" Hal.51.

Sang suami begitu sewot mendapati permintaan Anisa, istrinya. Namun, ketika Anisa bilang bahwa sang suami akan dijodohkan dengan seorang peri, apakah suami tak berubah pikiran? Lagi-lagi cerpen yang bernas dan menarik.

Terkait judul tulisan ini yang menyinggung mengenai malaikat bercuti, ini terkait dengan cerpen berjudul "Malaikat Cuti" yang dikisahkan bahwa malaikat-malaikat yang ada memutuskan untuk cuti sementara dari tugas sebagaimana biasanya.

Foto: Dokpri
Foto: Dokpri

"Iya, cuti seperti manusia melakukan cuti. Berhenti sejenak dari rutinitas tugas sehari-hari," sahut Mikail.

"Cuti itu Cuma ilusi buatan manusia. Buat kita, mana ada cuti?" Ar-Rad menghentikan cambuknya karena heran. Hal.131.

Cerpen ini menurut saya ada juga kaitannya dengan cerpen lain berjudul "Iblis Pensiun Dini". Nggak main-main, yang mau pensiun adalah pimpinannya para iblis pula.

"Kau kan menjadi iblis pertama dalam sejarah yang mengajukan pensiun dini," kata Hakim.

"Aku selalu senang mbisa mencatat sejarah," ujarku tanpa menyembunyikan nada bangga. Hal.81.

Nah, apa yang menyebabkan iblis ingin pensiun dan malaikat ingin bercuti itu? Melihat apa yang terjadi pada kehidupan kita, para manusia belakangan ini, sepertinya jawaban itu hadir di benak kita masing-masing, bukan?

*   *   *

Buku "Bukan Perawan Maria" ini adalah buku pertama dari trilogi Islamisme Magis, "yaitu fiksi yang berakar dari tradisi, mitologi, keseharian hidup berislam yang lekat dengan hal-hal gaib dalam dunia kaum pemercaya." Hal.xiii.

Cerpen pamungkas yang dijadikan judul buku ini pun terkait dengan hal itu. Di mana, diceritakan seorang wanita bernama Maria hamil tanpa disetubuhi lelaki manapun. Bak cerita Siti Maryam atau Bunda Maria yang melahirkan Nabi Isa (atau Yesus dalam kepercayaan Katolik) tanpa dibuahi sperma pria, di zaman sekarang seorang wanita muda bernama Maria juga mengalaminya.

Bedanya, Maria sebelum ini memang sudah terbiasa melakukan hubungan seks dengan para pria. Hidupnya segerampangan. Makanya, saat dia menceritakan kehamilan itu ke sahabatnya, reaksi semacam, "Siapa bapaknya?" Hal.170 akan keluar.

Maria menggeleng, "Demi Allah, tidak ada."

"Ya, tidak mungkin, dong..."

Maria memejamkan mata. "Tapi, memang tidak ada."

"Coba ingat-ingat, apa kamu pernah mabuk, lalu tak sadarkan diri? Mana tahu saat itu kamu tidur dengan seseorang, tapi tidak ingat." Hal.171.

Kisah Maria yang mendadak hamil ini memiliki akhir kisah yang lumayan mengejutkan.

Buku "Bukan Perawan Maria" ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Italia, Jepang dan Jerman. Dengan segala prestasinya, saya sih tidak heran ya, sebab memang ke-19 cerpen yang hadir di buku setebal 200 halaman ini sama kuatnya, sama menariknya dan sama menghentaknya.

Saya sudah lama nggak baca kumpulan cerpen senikmat ini. Bahasa yang digunakan Feby ringan. Rasanya tak ada kata-kata njelimet yang ia pakai demi dicap sastra yang kadang sebagai pembaca bikin kepala pening saat dibaca. Selamat buat Feby untuk karyanya yang kece ini.

Skor 9/10

Penulis bagian dari Kompal
Penulis bagian dari Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun