Iyul dikasih minum dan setelah agak tenang, Pak Usman pamitan pulang. Para tetangga juga udah mulai membubarkan diri. Sebelum pergi, Iyul disuruh istighfar yang banyak.
Sayangnya, baru Pak Usman mau keluar dari pintu rumah kami, Iyul kembali tertawa terbahak-bahak. Alamak! Kesurupan lagi!
"Hahaha lelaki tua itu bisa aku kecoh," ujarnya.
Jleb! Ya ampun, setak kok isengnya kebangetan gini. Lagi-lagi, Pak Usman mendekat dan mengeluarkan senyum khasnya. "Bandel ya kamu," ujarnya. Lalu, Pak Usman mulai berdoa lagi. Lagi-lagi saya nggak tahu doa apa. Yang jelas bukan doa Allahuma lakasumtu wabika amantu.... sebab itu bukan bulan Ramadan dan kami bukan lagi mau berbuka puasa. Hehe.
Iyul kembali sadar, dan untungnya saat Pak Usman benar-benar pulang, Iyul nggak kumat lagi kesurupannya. Keputusan besar diambil malam itu: Bi Mina, ibunya Iyul bilang sebaiknya malam itu Iyul pulang ke rumah mereka saja.
Orang tua mengiyakan saat itu. Lha iyalah ya, saya rasanya pingin loncat-loncat saat dengar. Lha, kebayang kan kalau malam itu ia kumat lagi? So, udah paling bener Iyul nggak tidur di rumah kami dulu malam itu.
KEMASUKAN KUNTILANAK DAN SILUMAN HARIMAU
Dengan suara tawa yang khas itu, mayoritas orang bilang kalau Iyul kemasukan kuntilanak. Tapi, setelah beberapa hari, isunya terus berkembang kalau Iyul juga kemasukan siluman harimau. Kok bisa? Sebab, saat pulang ke rumah rupanya dalam beberapa hari Iyul masih suka kemasukan. Dan, bedanya kalau biasanya Iyul akan ketawa nyaring, saat kemasukan di kesempatan lain, suara Iyul jauh lebih berat.
"Trus itu bedaknya kayak ada cap 3 jari bulet gede gitu, kayak jejak harimau," cerita Bi Mina kepada ibu beberapa hari setelahnya.
Eh omong-omong, beneran nih siluman harimau? Bukan Iyul lagi roleplay cap tiga jari buat ambil ijazah kan?
Lagian kok ya kesurupan silumannya mesti yang serem-serem gitu. Kenapa juga nggak kesurupan kucing anggora, atau kesurupan umang-umang?Â