Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Hampir Terkecoh Aksi Penipu yang Menelepon di Tengah Malam

21 Oktober 2021   15:04 Diperbarui: 23 Oktober 2021   07:31 6517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi penelepon gelap. (sumber:  pixabay.com/MujoA)

Menerima telepon di jam-jam yang nggak lazim itu rasanya nggak enak banget. Hampir tak pernah terjadi ada yang nelepon lewat tengah malam ngajakin ke kafe, nonton bioskop atau nanyain PR matematika, yekan?

Umumnya, yang akan disampaikan adalah satu musibah atau kabar duka. Saya pribadi sudah beberapa kali mengalaminya dalam hidup sehingga tiap kali ada yang menelepon di jam aneh itu, jantung rasanya diajakin joget di lantai disko.

Tadi malam, dalam keadaan setengah sadar saya mendengar adik saya berkata cukup kencang, "innalillahi wa innailaihi rojiun" sambil tak lama kemudian berteriak memanggil nama saya. Mendengar itu, jelas saya langsung melompat dari ranjang dan keluar kamar.

"Kakak kerampokan!" ujarnya panik.

Kakak saya perempuan, tinggal hanya bertiga dengan dua anaknya yang masih kecil di rumah mereka. Suaminya --kakak ipar saya, dikarenakan tugas negara, harus hidup terpisah ratusan kilometer dari Palembang dan sedang tidak berada di rumah.

Jelas saja saya kalut. Mendapati situasi itu, yang saya lakukan pertama kali ialah menenangkan ibu yang terlihat sama syoknya di depan kamar. Sekilas saya melihat jam dinding, pukul 1:30 pagi! Ya ampun, apa yang harus saya lakukan?

Teryata, ibulah yang lebih awal menerima telepon itu. Saat kemudian sambungan terputus, baru adik saya yang menerima. Tak lama, saat telepon kembali berdering saya yang gantian mengangkat telepon. 

Ibu yang saya khawatirkan akan syok ternyata tadi malam (21/10) jauh lebih nalar dan waspada. Bisa jadi juga didasarkan intuisi keibuannya ya. Makanya sebelum saya menerima telepon ibu bilang, "hati-hati, kayaknya itu bukan suara kakak, deh."

Saat telepon diangkat, langsung terdengar suara tangisan yang kencang dari seorang perempuan. Jujur saja, mungkin karena kondisinya menangis ya, suara yang saya dengar 80% mirip suara kakak.

"Ada apa?" tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun