Di kasus pelecehan seksual yang dialami Ye-Seul berdampak besar. Ia tak sengaja menciderai pacarnya yang merupakan anak dari kepala petinggi kampus sehingga pacarnya itu cidera berat. Ye-Seul terancam hukuman penjara, padahal apa yang ia lakukan semata-mata membela diri sebab pacarnya berniat menyebarkan video hubungan intim mereka ke sosial media.
Hakim kesulitan memutuskan siapa yang salah (terlepas ada desakan juga dari kepala petinggi kampus) sehingga dalam kasus ini, warga biasa dikumpulkan, diseleksi dan dijadikan (katakanlah semacam) juri hukum.
Bagi yang pernah menonton 12 Angry Men, juri hukum yang saya maksudkan sama seperti itu. Rupanya, di Korea Selatan (juga di Amerika Serikat, di film 12 Angry Men itu), dimungkinkan jika masyarakat biasa dengan latar belakang yang berbeda-beda ditetapkan untuk membantu memutuskan siapa yang bersalah dalam satu perkara.
Menurut saya ini keren! Walaupun penegak hukum (baik tim korban atau tim lawan) harus menyeleksi dengan ketat latar belakang calon juri hukum ini agak tidak ada praktik kepentingan. Saya membayangkan, jika Indonesia memakai cara yang sama dalam memutuskan satu perkara yang pelik, menarik juga, ya.
Sepanjang nonton drama ini, saya merasa jadi ikutan kuliah hukum dan ikutan pintar seperti murid-muridnya. Walaupun jelas hukum di Korea Selatan berbeda dengan di Indonesia, tapi secara garis besar dalam pemikiran awam, saya sebagai penonton bisalah ya menilai mana orang yang baik dan mana orang yang jahat.
Akhirnya, Law School bisa dibilang salah satu drama Korea yang berbobot, yang setelah sepanjang nonton bikin saya kepikiran, "kenapa dulu nggak kuliah hukum saja ya?" haha. Bagi yang suka drama bertema hukum, Law School dapat dijadikan pilihan. Menurut saja walau temanya berat, tapi penulis skenario drama ini jago sehingga secara keseluruhan dapat mudah dimengerti.
Skor 8,6/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H