Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Pelajaran Hidup Lintas Waktu dari Novel "Keajaiban Toko Kelontong Namiya"

11 Oktober 2021   11:42 Diperbarui: 11 Oktober 2021   21:35 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source image: goodreads.com

"Bagaimana caranya aku mendapatkan angpau yang banyak?"

Mulanya, pertanyaan receh seperti itulah yang diterima oleh Tuan Yuji, pemilik toko kelontong Namiya yang berada di wilayah kecil tak jauh dari Tokyo.

Pertanyaan itu dilontarkan oleh anak kecil yang tinggal di sekitar situ. Dan, untuk menjawabnya mudah saja.

"Kau cukup sediakan kantung transparan. Orang tua yang gengsi akan malu jika memberikan angpau sedikit," jawab Tuan Yuji.

Pertanyaan serupa berupa bagaimana cara agar nilai sekolah bagus dan sebagainya diterima oleh Tuan Yuji dengan sukacita. Walau pun tak terlalu penting, namun itu menghiburnya. Makanya, dia secara tidak langsung, mendengar suara surat dimasukkan ke dalam kotak surat menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi Tuan Yuji. Anak-anak pun akan dengan antusias menunggu keesokan paginya demi melihat kotak susu di depan pintu sebab di sanalah Tuan Yuji akan meletakkan surat jawaban.

Sesi konsultasi yang sekiranya untuk seru-seruan itu berubah menjadi serius saat orang-orang yang mendengar kehebatan Tuan Yuji dalam memberi nasihat ingin turut berkonsultasi tentang masalah hidupnya.

Ilustrasi toko kelontong Namiya. Source image Asianwiki
Ilustrasi toko kelontong Namiya. Source image Asianwiki

Yang hadir kemudian tak lagi pertanyaan remeh, tapi persoalan hidup dan mati yang ditulis dalam keputusasaan.

"Entah berisi hinaan atau hanya iseng, semua orang yang mengirimkan surat ke Toko Kelontong Namiya pada dasarnya orang-orang yang ingin menceritakan masalah mereka. Di dalam hati mereka seperti ada lubang menganga dan semua hal yang berharga bagi mereka mengalir keluar dari sana." Hal.136.

Sebab itulah Tuan Yuji mencoba menjawab surat-surat itu dengan sebaik mungkin.

40 tahun berselang, Tuan Yuji tentu saja sudah meninggal. Toko kelontong miliknya pun kosong sebab anak dan cucunya memilih tinggal di tempat lain.

Suatu malam, 3 bandit kecil memutuskan untuk bersembunyi di toko itu setelah mobil yang mereka curi mogok. Mereka adalah Shota, Kohei dan Atsuya yang sudah saling mengenal sejak lama.

Mereka terpaksa bersembunyi sebab akan terlalu mencurigakan jika mereka berjalan di malam hari. Niat awal, mereka hanya akan menunggu hingga subuh tiba. Namun, tiba-tiba, kotak surat "berbunyi", mereka mendapatkan sebuah surat dari seorang perempuan yang gamang diantara 2 pilihan: berlatih untuk tanding di olimpiadi atau menemani kekasihnya yang sekarat.

Surat itu awalnya dibiarkan oleh ketiga bandit kecil itu. Namun, karena iseng menunggu pagi, salah satu dari mereka memutuskan untuk membalas.

Rupanya, hanya berselang beberapa menit, surat balasan langsung muncul.

Jelas ini memunculkan keanehan, sebab mereka yakin tidak ada orang di sekitar toko kelontong. Jadi, bagaimana orang itu dengan cepat mengambil surat balasan dan membalasnya? tak hanya sekali, namun juga berkali-kali!

Kebingungan juga tak hanya dirasakan oleh ketiga bandit, namun juga si pengirim surat sebab ada banyak istilah yang dia tak pahami. Seperti apa itu ponsel dan bagaimana cara kerja internet.

Belakangan ketiga bandit ini sadar bahwa mereka berkomunikasi dengan orang yang berada 40 tahun yang lalu, wow!

Lantas, apa yang sebetulnya terjadi di Toko Kelontong Namiya ini?

* * *

Wow, sebuah kisah yang bagus dan menarik. Aku termasuk jarang baca buku terjemahan dari Jepang (selain Totto Chan, hmm apa lagi ya? haha). Dan, dari sejak membaca halaman-halaman awal, aku sudah merasa akan cocok dengan buku karangan Keigo Higashino ini.

Kisah ketiga bandit amatir yang disajikan di awal bab tadinya aku ngerasa sebagai tempelan atau sekadar pembuka cerita. Kenapa? sebab di bab selanjutnya, sajian kisahnya terpisah dan seolah berdiri sendiri.

Baru setelah semakin ke belakang, rupanya ada hubungan dan benang merah dari tokoh-tokoh yang diceritakan.

Mengenai permasalahan orang yang berkonsultasi juga bagus dan related dengan keadaan banyak orang. Ada seorang anak yang bimbang antara memilih karir bermusik atau meneruskan usaha keluarga.

Ada juga seorang wanita yang harus memilih meneruskan kandungan yang ia dapatkan dari hubungan terlarang dengan suami orang.

Penulisnya. Source image IDN Times
Penulisnya. Source image IDN Times

Semua dikeluhkan oleh orang dewasa. Walau begitu, bukan berarti anak-anak tak memiliki permasalahan yang pelik. Ada juga kisah seorang anak yang bimbang akan mengikuti orang tuanya kabur dari jeratan utang atau tetap tinggal di kota sebelumnya.

Di lain cerita, ada pula kisah seorang hostes yang ragu mau meneruskan kerjaan di bar/diskotek dengan bayaran tinggi atau cukup bekerja di kantor biasa dengan bayaran yang kecil.

Tak hanya oleh Tuan Yuji, permasalahan ini pun dapat terselesaikan atas campur tangan ketiga bandit ini.

Aku suka dengan isi surat yang disampaikan oleh kedua belah pihak. Banyak sekali belajar dari nasihat-nasihat Tuan Yuji terhadap permasalahan yang ada.

Salah satunya nasihat ini. "Konsep sederhana saya tentang keluarga adalah, sebisa mungkin mereka harus selalu bersama-sama, tentu saja kecuali mereka berpisah demi mengejar hal positif. Memisahkan diri dari keluarga, entah dengan alasan benci atau kesal, menurut saya bukan wujud keluarga sesungguhnya." Hal.224.

Sungguh sebuah buku yang istimewa. Btw, buku ini sudah diadaptasi jadi film yang tayang 2017 lalu. Jadi penasaran ingin nonton juga.

Skor 9,4/10

Penulis artikel ini bagian dari Kompal
Penulis artikel ini bagian dari Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun