Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sekelumit Janji di Tengah Keindahan Danau Toba

25 September 2021   17:00 Diperbarui: 25 September 2021   17:04 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keindahan Danau Toba. Gambar oleh @irfnrdh dari unplash.com

"Nanti kapan-kapan ibu ajak ke Danau Toba."

Katakanlah itu sebuah janji. Walau, jika diresapi lagi, kalimat itu tak lebih dari upaya ibu untuk menenangkan saya yang merengek minta diajak ke Medan, sekian puluh tahun yang lalu. Saat itu, ibu dan ayah harus ke Medan untuk keperluan pekerjaan. Dan, karena memang tidak dalam rangka berlibur, jadilah saya ditinggal sebab harus tetap bersekolah.

Saya hanya dapat menatap sirik kepada dua adik yang diajak ikut. Ingin rasanya membolos. Sayangnya, orang tua termasuk ketat dalam soal pendidikan. Sebab itu, demi mengurangi deretan kata protes yang keluar dari mulut, ibu berkata, suatu saat nanti giliran saya yang akan diajak ke Danau Toba. "Janji" yang hingga sekarang belum juga terlaksana....

Janji Toba Kepada Istrinya

Dalam sebuah kisah legenda, Danau Toba pun terbentuk dari sebuah janji yang tak dapat ditepati. Janji terhadap istrinya yang merupakan jelmaan ikan emas. 

"Kau bisa menikahiku, tapi kau harus berjanji jangan pernah mengumbar asal usulku," begitu mungkin janji yang dimintakan istri terhadap Toba, jauh sebelum mereka menikah.

Toba mengiyakan. Wanita cantik itu berhasil ia jadikan istri. Tak lama, lahir pula seorang putra yang mereka beri nama Samosir.

Pemandangan Danau Toba dan Pulau Samosir. Gambar dari Britannica.com
Pemandangan Danau Toba dan Pulau Samosir. Gambar dari Britannica.com

Sayangnya, dikarenakan bekal makanan berkurang, Toba marah terhadap putranya dan ia melanggar janji itu. Sang anak tersedu-sedu mengadu kepada sang ibu demi mencari tahu apakah benar ibunya adalah seekor ikan sebagaimana yang dikatakan ayahnya. Seketika, air bah membanjiri lembah yang kian lama semakin banyak sehingga terbentuk Danau Toba yang kita kenal sekarang ini. Ironis, dalam legenda, keindahan Toba rupanya terbentuk dari sebuah kisah tragis sebuah janji.

Namanya saja sebuah legenda, itu kisah turun temurun yang diceritakan oleh orang lama kepada kita, generasi setelahnya. Faktanya, Danau Toba terbentuk oleh sebuah ledakan yang sangat dahsyat. Dalam buku The Geology of Indonesia (1939), sang penulis --Van Bemmelen, seorang geolog asal Belanda mengungkapkan proses vulkanik dan tektonik pada letusan Gunung Api Purba Toba-lah yang menyebabkan amblesnya bagian tengah gunung sehingga membentuk cekungan memanjang ke arah barat laut hingga tenggara.

Gambaran ledakan dahsyat Danau Toba 75 ribu tahun lalu. Gambar dari sprezi.com
Gambaran ledakan dahsyat Danau Toba 75 ribu tahun lalu. Gambar dari sprezi.com

Kaldera Toba tertutup batuan beku yang kemudian cair dan membentuk danau. Nggak kebayang ya sedahsyat apa saat itu ledakan yang terjadi 75 ribu tahun lalu itu. Diyakini, 2800 km3 materi vulkanik dimuntahkan. Sampai-sampai, 60% populasi manusia di bumi menyusut diikuti terganggunya rantai makanan saat itu.

Tak heran jika danau sepanjang 100 km dan lebar 30 km ini menjadi danau vulkanik terbesar di dunia. Tahu gedung Taipei 101 yang terkenal itu? Dengan tinggi 508 meter, kita dapat membayangkan betapa dalamnya Danau Toba dengan melihat gedung itu sebab Danau Toba diyakini memiliki kedalaman hingga 505 meter.

Butet Merindukan Amang Kembali ke Huta 

Salah satu tante saya menikah dengan orang Batak dari suku Rambe. Anak tertua mereka --sepupu saya, dipanggil dengan sebutan "Butet" yang berarti "Anak Perempuan" dalam bahasa Batak. Dulu, saya sering mendengar om saya menyanyikan lagu Butet untuknya.

Butet, di pangungsian do amangmu ale butet // Butet, di pengungsiannya ayahmu, oh butet

Da margurilla da mardarurat ale butet // Mengikuti perang gerilya, oh butet

Sempat mengira itu lagu gembira, setelah resapi, rupanya itu lagu sedih. Tentang kerinduan amang/ayah terhadap anak perempuannya saat harus pergi ke medan perang. Dari lagu Butet ini, secara tidak langsung menjelaskan khasanah kehidupan bermasyarakat yang ada di sana. Setidaknya, ada 7 kelompok etnis di sekitaran Danau Toba. Yakni Simalungun, Karo, Toba, Pak-pak, Dairi, Angkola dan Mandailing.

Air terjun Sipiso-piso di Desa Tongging yang
Air terjun Sipiso-piso di Desa Tongging yang "menempel" dengan Danau Toba. Sumber gambar haloindonesia.co.id

Sebagian masyarakat Batak masih menjadi penghayat sistem religius Batak Asli yakni "Ugamo Malim" atau "Parmalim" yang lebih dulu dianut masyarakat Batak jauh sebelum masuknya agama Islam, Katolik atau Protestan. Dengan fakta ini, tentu saja menjadikan keberagaman masyarakat di Danau Toba semakin membentuk ke-Bhinneka Tunggal Ika, bukan?

Masyarakat ini mendiami huta atau kampung/desa yang bersisian dengan bentangan Danau Toba. Huta tak sebatas tempat tinggal, namun ini adalah tempat masyarakat mempertahankan dan mengembangkan Heritage of Toba, yakni budaya leluhur dari generasi ke generasi. Sebagian dari desa itu berubah wujud menjadi desa wisata. Seperti Desa Tongging, Desa Tomok dan Desa Jangga Dolok.


Jika ingin melihat rumah tradisional khas Batak, paling tepat berkunjung ke Desa Jangga Dolok sebab perkampungan berusia lebih dari 250 ini memiliki rumah panggung asli adat Batak yang masih berdiri kokoh di mana mayoritas terbuat dari kayu poki yang "dirangkai" tanpa paku serta atapnya terbuat dari ijuk. Yang bikin istimewa lagi ialah keberadaan gorga/ukiran khas batak yang coraknya mengandung makna tertentu.

Salah satu gorga atau ragam hias yang memiliki makna khusus. Sumber gambar medanbisnisdaily.com
Salah satu gorga atau ragam hias yang memiliki makna khusus. Sumber gambar medanbisnisdaily.com

Desa kedua yakni Desa Tongging terletak di Kecamatan Merek dan memiliki topografi alam berupa lereng terjal dengan relief bergunung. Dengan keadaan ini, tak heran pemandangan Danau Toba dari desa ini terlihat menawan. Ini sesuai dengan asal usul nama desanya yang diambil dari kata "Tonggi" yang berarti "Manis".

Baru-baru ini saya menemukan sebuah foto di instagram yang memperlihatkan keindahan Bukit Sibea-bea yang ternyata terletak di Harian Boho, Kabupaten Samosir. Ini adalah kawasan bukit yang menggabungkan panorama alam namun ditata modern dengan hadirnya jalan aspal yang meliuk sehingga terlihat semakin menarik. Keindahan yang membuat siapa saya orang melihatnya melongo dan bergumam betapa cantiknya negeri ini: Wonderful Indonesia.

Keindahan Bukit Sibea-bea. Foto dari instagram FolkIndonesia
Keindahan Bukit Sibea-bea. Foto dari instagram FolkIndonesia

Daya tarik utama bukit yang terletak 1.021 meter di atas permukaan laut ini ialah cikal bakal keberadaan patung Yesus di puncaknya. Rencananya, patung itu akan memiliki tinggi 61 meter sehingga kelak akan menjadikannya sebagai patung Yesus tertinggi yang ada di dunia.

Masih di kabupaten yang sama yakni Samosir, terdapat juga Desa Tomok yang terkenal dengan pertunjukan Sigale-gale yang konon bermuatan mistis. Sigale-gale sendiri adalah nama sebuah patung kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari saat ritual penguburan mayat suku Batak di Pulau Samosir. Kini, pertunjukan patung menari dengan iringan musik dan tarian Tor-tor oleh mereka yang memakai kain Ulos ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Samosir.

Masih di Pulau Samosir, ada juga makam kuno dan beberapa artefak megalitik, misalnya saja Kompleks Makam Raja Sidabutar di mana Raja Sidabutar --diyakini sebagai orang pertama di Pulau Samosir, dimakamkan di sana.

Sigale-gale. Yang banyak dinantikan wisatawan. Sumber gambar Kompas.com
Sigale-gale. Yang banyak dinantikan wisatawan. Sumber gambar Kompas.com

Rumah yang ada di Desa Tomok. Gambar dari Indonesia.Travel
Rumah yang ada di Desa Tomok. Gambar dari Indonesia.Travel

Kompleks makam Raja Sidabutar. Gambar dari kissparry.com
Kompleks makam Raja Sidabutar. Gambar dari kissparry.com

Janji Kita dan Pengakuan Dunia Atas Toba 

Keagungan Danau Toba tak hanya sebagai tempat wisata namun juga sebagai sumber kehidupan terutama masyarakat sekitar sudah lama diakui oleh dunia. Jauh sebelum Danau Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada tahun 2019 lalu, saya sudah mendapati pengakuan itu lewat Jackum Brown dan David Brown yang dikenal sebagai pembuat buku seri "501 Must Visit" di mana di salah satu edisi bukunya yakni "501 Must Visit Destinations" mereka memasukkan Danau Toba sebagai salah satu tempat yang wajib dikunjungi dari sederet tempat wisata di seluruh dunia.

Bersama Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang, kini Danau Toba juga sudah ditetapkan sebagai Destinasi Wisata Super Prioritas/Destination Super Priority atau DSP Toba yang diinstruksikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. 

Tentu, selain untuk menarik minat wisatawan lebih besar, diharapkan dengan dicanangkannya hal itu, dapat meningkatkan ekosistem ekonomi kreatif yang melibatkan warga setempat.

Danau Toba terpilih sebagai salah satu destinasi terbaik di dunia dalam buku
Danau Toba terpilih sebagai salah satu destinasi terbaik di dunia dalam buku "501 Must-Visit Destinations" ini. Dokpri.

Danau Toba dan Pulau Samosir wajib saya kunjungi untuk
Danau Toba dan Pulau Samosir wajib saya kunjungi untuk "menyoret" lebih banyak lagi wishlist yang diambil dari buku ini. Dokpri.

Berbagai fasilitas telah tersedia di Danau Toba. Fasilitas wisata sambil berolahraga sepeda, kano, kayak atau trekking dan hiking mudah ditemukan. Hotel berbagai kelas dan deretan rumah makan yang menghidangkan kuliner khas seperti ikan arsik atau makanan dengan andaliman (bumbu khas makanan Batak) juga banyak. 

Bahkan, fasilitas ini sudah sering digunakan untuk keperluan MICE (Meetings, Incentives, Conferences & Exhibitions) sehingga seharusnya perhetalan dunia dapat memanfaatkan fasilitas MICE di Indonesia Aja.

Deretan penginapan yang dapat digunakan untuk kepentingan MICE. Gambar dari suaratangsel.com
Deretan penginapan yang dapat digunakan untuk kepentingan MICE. Gambar dari suaratangsel.com

Ikan Arsik. Kuliner khas Toba. Gambar dari tagar.id
Ikan Arsik. Kuliner khas Toba. Gambar dari tagar.id

Di sekitaran Danau Toba banyak kekayaan flora dan fauna. Sebagai hutan tropis beriklim sejuk, hutan di sekitaran Danau Toba kaya akan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat atau kuliner.

 Tumbuhan langka seperti Edelweis (Anaphalis javanica), Kantung Semar (Nepenthes) atau Angrek putih masih mudah ditemukan. Binatang endemis seperti Harimau Sumatra juga masih ada walaupun butuh janji dan komitmen kita semua untuk menjaga kelestarian mereka agar apa yang tersaji oleh semesta tak luruh dan hanya menjadi cerita di kemudian hari.

* * *

Ada banyak cara untuk terus menggaungkan keberadaan Danau Toba. Kemudahan penyebaran informasi berlandaskan teknologi tentu dapat dimaksimalkan. Namun, rasanya tidak ada cerita yang lebih mengena selain cerita perjalanan yang dilakukan sendiri, langsung ke sana.

Orang tua dan dua adik saat mengunjungi Danau Toba. Dokpri.
Orang tua dan dua adik saat mengunjungi Danau Toba. Dokpri.

Bak menunaikan sebuah janji yang dilontarkan sejak lama, saya menunggu kesempatan untuk memaksimalkan panca indra terhadap Danau Toba. Ingin melihat keindahannya secara langsung lewat kedua bola mata. Menyecap nikmatnya kuliner khas Toba sambil mendengar suara gemercik airnya, membaui aroma kehidupan yang terus berjalan dan menyentuh setiap ruh yang berkelindan dan berpusat di sana.

Seraya membatin, "...biar ibu. Ini kesempatan saya mewujudkan sendiri janji itu."

Penulis bagian dari Kompal (Kompasianer Palembang)
Penulis bagian dari Kompal (Kompasianer Palembang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun