[Spoiler rate: 30%]
Konon, jika ingin memulai berkarir di bollywood, maka lakukanlah saat usia masih muda. Paling ideal sih sebelum usia 20 atau masih 20-an awal. Jika lewat dari situ, maka tantangannya jauh lebih besar.
Hal itu disadari penuh oleh Mimi (Kriti Sanon), seorang penari yang tinggal di pinggiran Jaipur. Usianya sudah 25 tahun, makin sempit baginya untuk menembus "panggung" bollywood. Walau begitu, dia masih mengusahakan sebab menjadi aktris adalah impiannya sejak lama.
Untuk mengafirmasi diri, dinding kamarnya penuh dengan poster sederet pesohor India. Dia sangat ingin bisa menjadi seperti mereka. Tapi, untuk pindah ke Mumbai dan memulai karir tentu saja dia membutuhkan modal.
Harapan itu muncul saat seorang sopir bernama Bhanu (Pankaj Tripathi) memperkenalkan Mimi  kepada sepasang suami istri asal Amerika Serikat  -John dan Summer, yang mengajaknya bekerja sama. Bukan kerja sama biasa melainkan, pasangan suami istri ini ingin menyewa rahim Mimi sebab Summer, secara medis dinyatakan tidak dapat hamil.
Awalnya Mimi menolak. Namun, bayang-bayang upah 20 lakh (setara 400 juta rupiah), menggoyahkan pertahanannya. Terlebih, saat dia tahu proses kehamilan tidak harus dilakukan dengan cara senggama melainkan "benih" si cikal bakal bayi itu "ditanamkan" di rahimnya.
Lantas, bagaimana cara Mimi menghilang selama 9 bulan? dia berbohong kepada orang tuanya dengan berkata dia medapatkan proyek film dan harus pergi selama 9 bulan. Padahal sementara dia tinggal di rumah sahabatnya Shama (Sai Tamhankar).
Berbagai kisah seru mewarnai proses kehamilan Mimi ini. Dari ngidam hingga harus kucing-kucingan dengan semua penduduk yang ada di sekitar situ.
Masalah kemudian muncul saat Mimi akan melahirkan, John dan Summer menolak anak itu dikarenakan hasil tes kesehatan terhadap janin menunjukkan satu yang nggak bagus.
Mimi diminta untuk mengggurkan kandungan dan pasangan suami istri itu kabur dan kembali ke Amerika Serikat. Keluarga Mimi pun heboh atas aib yang terjadi.
Lantas, apa yang kemudian terjadi? apakah Mimi memutuskan untuk mengugurkan kandungan itu? jika tidak, bagaimana dengan mimpi-mimpinya menjadi aktris bollywood?
* * *
Secara keseluruhan, Mimi adalah film yang biasa banget. Kisah penyewaan rahim ini juga BUKAN baru pertama diangkat, namun yang aku suka, film ini disajikan dengan tone jenaka yang pas.
Paruh awal film banyak sekali adegan kocak (walau miris) yang disampaikan. Selain itu, menyenggol soal mimpi, fakta di lapangan (tentang maraknya praktik penyewaan rahim di India), dan juga toleransi beragama (tentu dengan sindiran-sindirannya yang cerdas dan menyenangkan) menjadikan Mimi gak bisa dianggap sebagai tontonan yang biasa.
Apalagi di paruh kedua film, kisah black comedy-nya berubah menjadi haru. Betapa manusia itu sangat dinamis. Sesederhana ditunjukkan dari sikap Mimi dan keluarganya yang awalnya menolak kemudian melakukan penerimaan sepenuh-penuhnya.
Aku sih nggak sampai nangis ya nontonnya haha, tapi perasaan harunya terasa kuat bahkan sampai aku mengetikkan ulasan ala-ala ini.
Film besutan sutradara Laxman Utekar (yang juga membesut English Vinglish -yang sayangnya belum aku tonton) ini patut disaksikan.
Skor 8,6/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H