Mimi diminta untuk mengggurkan kandungan dan pasangan suami istri itu kabur dan kembali ke Amerika Serikat. Keluarga Mimi pun heboh atas aib yang terjadi.
Lantas, apa yang kemudian terjadi? apakah Mimi memutuskan untuk mengugurkan kandungan itu? jika tidak, bagaimana dengan mimpi-mimpinya menjadi aktris bollywood?
* * *
Secara keseluruhan, Mimi adalah film yang biasa banget. Kisah penyewaan rahim ini juga BUKAN baru pertama diangkat, namun yang aku suka, film ini disajikan dengan tone jenaka yang pas.
Paruh awal film banyak sekali adegan kocak (walau miris) yang disampaikan. Selain itu, menyenggol soal mimpi, fakta di lapangan (tentang maraknya praktik penyewaan rahim di India), dan juga toleransi beragama (tentu dengan sindiran-sindirannya yang cerdas dan menyenangkan) menjadikan Mimi gak bisa dianggap sebagai tontonan yang biasa.
Apalagi di paruh kedua film, kisah black comedy-nya berubah menjadi haru. Betapa manusia itu sangat dinamis. Sesederhana ditunjukkan dari sikap Mimi dan keluarganya yang awalnya menolak kemudian melakukan penerimaan sepenuh-penuhnya.
Aku sih nggak sampai nangis ya nontonnya haha, tapi perasaan harunya terasa kuat bahkan sampai aku mengetikkan ulasan ala-ala ini.
Film besutan sutradara Laxman Utekar (yang juga membesut English Vinglish -yang sayangnya belum aku tonton) ini patut disaksikan.
Skor 8,6/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H