Ada sebuah buku berjudul "Using Energy" yang menarik perhatiannya. Di buku itu, William mengetahui bahwa di negara maju, orang-orang sudah memanfaatkan angin sebagai sumber energi.
Nah, dari buku itulah William kemudian kepikiran untuk menciptakan sebuah turbin yang mampu menciptakan energi untuk menyedot air di dalam tanah dan mengairinya di kawasan perkebunan.
"Aku bisa membuat yang lebih besar, Ayah. Tapi aku membutuhkan sepedamu," ujarnya.
Jelas saja ide itu awalnya ditentang karena sepeda adalah satu-satunya alat transportasi yang mereka miliki. Namun, lama kelamaan, sang ayah luluh dan bersama warga lain, mereka berusaha mewujudkan turbin rancangan William.
The Boy Who Harnessed The Wind yang tayang di Netflix ini diangkat dari kisah nyata William Kamkwamba yang hidup di sebuah daerah bernama Wimbe di negara Malawi.
Dikarenakan turbin temuannya, sepak terjangnya mulai disorot dan kelak ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Dartmouth College, sebuah kampus terkenal di Amerika Serikat.
Film ini sendiri merupakan adaptasi dari buku berjudul sama yang ditulis sendiri olehnya. Ialah aktor nominasi Oscar dan Golden Globe -Chiwetel Ejiofor (12 Years a Slave, The Martian, 2012) yang kemudian mengangkatnya ke layar lebar. Ini juga adalah debut Chiwetel sebagai sutradara.
The Boy Who Harnessed The Wind film yang bagus. Hanya, jika mau menonton harus bersabar karena temponya cukup lambat. Ada beberapa adegan yang bikin nyes di film ini. Misalnya saja saat William harus berjuang mendapatkan tepung bantuan pemerintah, atau saat kakaknya memutuskan pergi dari rumah dan meninggalkan pesan, "mulai hari ini, setidaknya ada satu mulut lagi yang tak harus kalian kasih makan."
Skor 8,3/10