Idealnya, lebaran tahun ini kita semua stay at home dan meniadakan kegiatan sanjo alias saling berkunjung di saat lebaran. Tapi percayalah, kita hidup di Indonesia di mana nggak segampang itu untuk melakukannya terlebih di saat spesial seperti sekarang.
Jauh sebelum lebaran tiba, saya pribadi udah kepikiran sih untuk nggak sanjo ke mana-mana. Apalagi Palembang udah mulai PSBB. Melalui akun sosial media, para sepupu juga merencanakan hal yang sama: stay di rumah aja. Dan, di hari pertama lebaran ini, kami saling berkomunikasi menggunakan fasilitas video call untuk bermaafan.
Walau begitu, saya juga paham, kedatangan tamu/saudara yang ingin berkunjung pasti tak dapat dihindari juga. Nggak mungkin dong saya bikin spanduk "Dilarang Berkunjung Selama Covid-19"? eh mungkin aja sih ya, tapi kami sekeluarga tidak akan memilih cara seperti itu untuk menghindari kedatangan tamu.
Gentong Air di Teras Depan
Atas inisiatif keluarga, tadi pagi begitu bangun saya sudah mendapati sebuah gentong air berukuran cukup besar di teras rumah. Di samping gentong terdapat sebuah wadah sabun. Tujuannya jelas, siapapun yang mau datang ke rumah ya harus cuci tangan dulu.
Judge us, tapi yang jelas masing-masing dari kami tahu batasan. Mereka juga nggak akan datang ke rumah, menemui ibu yang tengah sakit jika kondisi tubuh mereka juga sedang bermasalah. Walau nggak menjamin 100%, setidaknya dari screening pribadi dengan menakar gejala covid, mereka yang datang tahu jika kondisi mereka dalam keadaan baik.
Tahun ini, lebaran dilalui dengan selow. Bisa dibilang hampir nggak ada kesibukan berarti di rumah. Paling ya cuci piring dan gelas yang juga jumlahnya tak seberapa. Di tahun-tahun sebelumnya, hampir nggak pernah kami melewati lebaran pertama di rumah karena selalu mudik untuk nyekar ke makam kakek.
Kedatangan Tamu-tamu lain
Beberapa sepupu yang rumahnya bertetanggan tentuÂ
saja merasa harus hadir ke rumah karena ayah-ibu adalah sosok yang dituakan. Namun, mereka cukup paham tata cara. Yang jelas, air di gentong sangat berguna. Pun, begitu tangan bersih beberapa di antara mereka tetap nggak melakukan jabat tangan yang biasanya menjadi tata cara bermaafan.
Terlepas dari upaya penekanan penyebaran covid, intinya nggak akan mudah bagi kita (baca: kami) untuk mengusir tamu yang keburu datang. Apalagi, mereka-mereka ini datang dengan niatan menjenguk ibu yang saat diopname mereka nggak bisa lakukan.
Saya tadinya memang mau bersikap galak (baca: tegas) terhadap hal ini. Tapi, ada nilai-nilai lain yang saya jaga dari tradisi sanjo lebaran ini. Antisipasi dilakukan dengan sebaik mungkin. Saat tamu berkunjung pun kami melakukan interaksi dan komunikasi dengan jarak yang cukup, terutama terhadap ibu. Dan, terlepas dari itu, semoga covid ini segera berlalu dan kita dapat menjalani hidup dengan normal kembali.
Selamat hari raya idulfitri, mohon maaf lahir batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H