Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Gagal Galak di Hari Lebaran

24 Mei 2020   19:03 Diperbarui: 24 Mei 2020   19:02 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebelum masuk, ponakan cuci tangan dulu. Dokpri

Idealnya, lebaran tahun ini kita semua stay at home dan meniadakan kegiatan sanjo alias saling berkunjung di saat lebaran. Tapi percayalah, kita hidup di Indonesia di mana nggak segampang itu untuk melakukannya terlebih di saat spesial seperti sekarang.

Jauh sebelum lebaran tiba, saya pribadi udah kepikiran sih untuk nggak sanjo ke mana-mana. Apalagi Palembang udah mulai PSBB. Melalui akun sosial media, para sepupu juga merencanakan hal yang sama: stay di rumah aja. Dan, di hari pertama lebaran ini, kami saling berkomunikasi menggunakan fasilitas video call untuk bermaafan.

Walau begitu, saya juga paham, kedatangan tamu/saudara yang ingin berkunjung pasti tak dapat dihindari juga. Nggak mungkin dong saya bikin spanduk "Dilarang Berkunjung Selama Covid-19"? eh mungkin aja sih ya, tapi kami sekeluarga tidak akan memilih cara seperti itu untuk menghindari kedatangan tamu.

Gentong Air di Teras Depan

Atas inisiatif keluarga, tadi pagi begitu bangun saya sudah mendapati sebuah gentong air berukuran cukup besar di teras rumah. Di samping gentong terdapat sebuah wadah sabun. Tujuannya jelas, siapapun yang mau datang ke rumah ya harus cuci tangan dulu.

Gentong air di teras rumah. Dokpri
Gentong air di teras rumah. Dokpri
Setelah lebih dari 20 hari gak jumpa, yang pertama datang ke rumah tentu saja saudara saya yang mengajak serta anak mereka alias keponakan saya. Kangen juga lama nggak jumpa dan di hari lebaran, atas permintaan ibu yang sedang sakit, mereka diminta datang. Namanya orang tua ya, mungkin kangen dengan cucu.

Judge us, tapi yang jelas masing-masing dari kami tahu batasan. Mereka juga nggak akan datang ke rumah, menemui ibu yang tengah sakit jika kondisi tubuh mereka juga sedang bermasalah. Walau nggak menjamin 100%, setidaknya dari screening pribadi dengan menakar gejala covid, mereka yang datang tahu jika kondisi mereka dalam keadaan baik.

Sebelum masuk, ponakan cuci tangan dulu. Dokpri
Sebelum masuk, ponakan cuci tangan dulu. Dokpri
Mereka pun gak lama berkunjung. Sekitar 30 menit kemudian sudah kembali ke kediaman masing-masing. Lebaran yang sepi ini memang cocok dilalui dengan beristirahat saja di rumah. Di tahun-tahun sebelumnya, lebaran adalah hari-hari yang sibuk.

Tahun ini, lebaran dilalui dengan selow. Bisa dibilang hampir nggak ada kesibukan berarti di rumah. Paling ya cuci piring dan gelas yang juga jumlahnya tak seberapa. Di tahun-tahun sebelumnya, hampir nggak pernah kami melewati lebaran pertama di rumah karena selalu mudik untuk nyekar ke makam kakek.

Kedatangan Tamu-tamu lain

Beberapa sepupu yang rumahnya bertetanggan tentu 

saja merasa harus hadir ke rumah karena ayah-ibu adalah sosok yang dituakan. Namun, mereka cukup paham tata cara. Yang jelas, air di gentong sangat berguna. Pun, begitu tangan bersih beberapa di antara mereka tetap nggak melakukan jabat tangan yang biasanya menjadi tata cara bermaafan.

Terlepas dari upaya penekanan penyebaran covid, intinya nggak akan mudah bagi kita (baca: kami) untuk mengusir tamu yang keburu datang. Apalagi, mereka-mereka ini datang dengan niatan menjenguk ibu yang saat diopname mereka nggak bisa lakukan.

Normalnya lebarab tuh kayak gini. Sumber:Kompas.com
Normalnya lebarab tuh kayak gini. Sumber:Kompas.com
Yang jelas, dibandingkan tahun lalu, aktivitas Lebaran di keluarga kami sangat jauh berkurang. Jika dipersentasekan, nggak ada 10% kegiatan hari ini jika dibandingkan dengan kegiatan tahun lalu yang super padat sampai-sampai mau ngelurusin pinggang aja susahnya bukan main.

Saya tadinya memang mau bersikap galak (baca: tegas) terhadap hal ini. Tapi, ada nilai-nilai lain yang saya jaga dari tradisi sanjo lebaran ini. Antisipasi dilakukan dengan sebaik mungkin. Saat tamu berkunjung pun kami melakukan interaksi dan komunikasi dengan jarak yang cukup, terutama terhadap ibu. Dan, terlepas dari itu, semoga covid ini segera berlalu dan kita dapat menjalani hidup dengan normal kembali.

Selamat hari raya idulfitri, mohon maaf lahir batin.

Dok.Kompal
Dok.Kompal
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun