"Ya tetap ndak pamer lo," protes Pak Manto.
"Ah terserahlah, yang jelas saya ndak suka lihat bapak ikutan-ikutan pamer kayak gitu. Kasihan liat Mang Udin atau Yai Najib yang pakai sarungnya itu-itu aja. Itupun sarungnya nggak ada mereknya," ujar Bu Ijah sambil meninggalkan suaminya yang tetap bersikap seolah tak ada yang salah.
Selang beberapa bulan kemudian, kampung Naga Pesolek (omong-omong ini dinamakan demikian konon di danau pinggiran kampung ada naga yang sering numpang mandi), dihebohkan dengan tampilan Pak Manto yang tiba-tiba tak lagi menggunakan sarung.
"Pak kok nggak sarungan lagi?" tanya Mpok Lehak saking penasarannya. Pak Manto, orang yang ditanya cuma nyengir aja. Dia nggak menjawab apapun selain tertawa ringan. Saat nongkrong di pos ronda bareng bapak-bapak lain dan dibecandain, "wah udah kering bekas sunatnya ya, Pak" saja, Pak Manto Cuma nyengir.
"Bentar lagi bakalan bangkrut nih warungnya," bisik-bisik warga yang sejak awal memang iri hati.
Eh, selang jalan beberapa bulan, ternyata warung Pak Manto tetap ramai saja dan ternyata itu tidak ada pengaruhnya dari perubahan cara berpakaian beliau. Lantas, apa sih yang membuat Pak Manto tiba-tiba mengubah cara berpakaian yang sudah menjadi ciri khasnya sejak lama?
Bocah ini seketika menjerit hebat dan menghebohkan seisi rumah. "Mama, ada ulat bulu gerak-gerak di dalam sarung kakek!"
Ternyata, kejadian itu sangat mempermalukan dirinya. Jika selama ini ledekan warga kampung tak menggoyahkan pendiriannya, Pak Manto kini menyerah dihadapan cucu pertamanya. Apalagi pasca kejadian itu butuh waktu lama bagi Vito agar mau didekati oleh beliau.
Kejadian ini bikin hatinya uring-uringan. Lama tak bertemu cucu, eh begitu datang ada kejadian tak mengenakkan seperti itu. Sejak malam itu, Pak Manto mulai memakai lagi celana panjang yang lama tersimpan di dalam lemari.
Demi kebersamaan dengan sang cucu, beliau akhirnya dengan drastis mengubah kebiasaan lama mengenakan sarung. Sesekali saja saat ke masjid Pak Manto mengenakannya. Tapi, untuk aktifitas sehari-hari, sudah tidak lagi. Terutama jika sang cucu datang berkunjung, semua sarung yang dia miliki harus dimuseumkan sementara waktu. Hoho, Pak Manto.... Pak Manto.