Untuk melihat video donasi Dinda dan kawan-kawan, klik di sini.Â
Menurut saya pribadi, sah-sah saja jika mau dipublikasikan asal dilakukan dengan cara yang baik. Sebisa mungkin dilakukan dengan cara sembunyi. Namun, jika cara itu gagal, ya nggak apa-apa. Saya kira pihak yang menerima sumbangan juga paham bahwa mereka diambil foto/videonya bukan dengan maksud melecehkan mereka.
Saya jadi ingat curhatan penulis Vabyo yang sempat disindir netijen agar berdonasi di antara kegemarannya "memamerkan" makanan di sosial media. Ya, akan selalu ada 2 sisi mata uang. Jika tak dipamerkan, dianggap tak berdonasi. Jika dipamerkan, dianggap riya. Udah paling bener untuk tidak menghiraukan komentar netijen.
"Eh, kamu sendiri ngebantuin apa, Yan?"
Hei, saya juga mau dong merebut pahala di Ramadan. Nah, walaupun nggak banyak, saya juga sudah menyalurkan donasi ke beberapa kanal. Nggak hanya ke Dinda dkk, tapi juga ke teman lain yang turut membuka donasi.
Cara sederhana lain yang saya lakukan ialah dengan cara membantu menyebarkan kegiatan mereka di sosial media. Selagi saya kenal secara personal dengan mereka, maka dengan senang hati gerakan mereka saya sebarkan secara lebih luas. Walau followers saya gak banyak, ya minimala ada lah beberapa orang yang tergerak hatinya dan turut membantu. Saya yakin banget ada. Walaupun mereka tak melaporkannya kepada saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H