Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Saat Plot Twist Sebuah Iklan Ramadan Dapat Bikin Termehek-mehek

6 Mei 2020   11:21 Diperbarui: 6 Mei 2020   11:36 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potongan iklan favorit saya, sumber youtube Ramayana

Nggak banyak iklan zaman dulu yang saya ingat. Terutama yang tayang di TV. Paling memorable tentu iklan sebuah merek sirop yang tetap bertahan dan berinovasi sampai sekarang. Selebihnya, yang saya ingat itu iklan sarung dan iklan pusat perbelanjaan yang cukup beken di masanya.

Sekarang, dengan berkembangnya dunia digital, iklan tak terbatas yang tayang di TV saja. Mayoritas masyarakat sudah memakai smartphone yang terhubung dengan internet. Mereka pun rata-rata setidaknya menggunakan satu media sosial. Nah, inilah yang dibidik oleh pembuat iklan sehingga iklan dapat ditayangkan di sana.

Mengapa Beriklan di Dunia Maya Perlu?

Tentu saja karena jangkauan yang lebih luas. Pengguna internet di Indonesia itu per tahun 2019 telah mencapai 150 juta orang. Pihak sponsor tentu menganggap ini sebagai "ikan kakap" yang harus dikejar dan digarap. Dengan memilih beriklan di dunia maya, pihak sponsor juga dapat menakar target pasar agar lebih terarah.

Pernah nggak pas lagi enak nonton trailer film di youtube trus muncul iklan TV berbayar? Nah, pengaturan iklan semacam ini sudah dibuat sedemikian rupa dengan minat para penonton. Memang sih ada kemungkinan saat nonton tayangan memasak di youtube namun tiba-tiba dikasih iklan otomotif, tapi hal ini kecil sekali karena algoritma di sosial media itu sudah didesain sedemikian rupa agar cocok dengan penggunanya.

Salah satu tempat iklan populer. Sumber Kompas.com
Salah satu tempat iklan populer. Sumber Kompas.com
Dunia maya punya pilihan media yang lebih beragam. Sosial media aja banyak banget jenisnya. Ada yang iklannya cocok dengan format video, ada yang suara dan ada juga yang cukup dengan gambar. Dengan begini, target pasar iklan lebih terukur dan efektif. Beriklan di dunia maya juga dengan mudah dilakukan tracking traffic iklan yang dipromosikan sehingga pengiklan tahu mana yang efektif dan menguntungkan dan mana yang tidak.

Gabungan kesemua poin di atas menjadikan para pengiklan lebih efisien dalam pengeluaran budget. Kalau di TV kan ada prime time di mana slot iklan di saat itu biasanya paling besar. Tapi tetap saja jangkauan penontonnya terlampau acak menurut saya. Nah, dengan beriklan di sosmed misalnya, target pasarnya lebih terukur sehingga dana yang dikeluarkan pengiklan juga lebih terarah.

Plot Twist Bukan Hanya Ada di Film

Sebagai tukang nonton, hampir semua genre film saya tonton. Dari yang bikin pintar sampe yang bikin bodoh --if you know what I mean hehe. Nah, mau apapun genre filmnya, jika dilengkapi dengan plot twist (alur yang "dipelintir" demi mengejutkan penonton), biasanya bikin saya betah nonton berlama-lama.

"Kalau plot twist mah biasanya genre horor atau thriller!" begitu kata teman saya dulu.

Film yang dikenal dengan plot twistnya. Sumber http://riverleemovie.blogspot.com/
Film yang dikenal dengan plot twistnya. Sumber http://riverleemovie.blogspot.com/
Eh belum tentu! Film animasi aja ada plot twistnya kok. Tinggal seberapa menarik plot twist yang ditawarkan. Ingat film animasi Pixar berjudul Coco? Nah ini salah satu contoh animasi dengan plot twist yang menarik menurut saya.

Oke, bicara soal iklan, beberapa tahun belakangan banyak sekali ya iklan-iklan bertema ramadan yang menarik. Mengenai iklan berbentuk video misalnya, bisa dibilang Indonesia sedikit terlambat jika dibandingkan dengan Thailand yang sering membuat iklan inspiratif dengan plot twist yang bisa bikin mata sembab.

Nah, di Samber THR 2 tahun lalu saya sempat membahas sebuah iklan menarik dari negeri tetangga lainnya --Malaysia, yang berkisah tentang Si Buta dan Si Bisu yang ingin mudik lebaran. Iklannya bagus banget dan mengharukan. Dalam hati saya berucap, "duh Indonesia mestinya bisa bikin iklan kayak gini."

Eh suara hati saya mungkin didengar oleh para sineas tanah air haha. Jadilah tak lama kemudian muncul iklan-iklan produk Indonesia dengan kisah-kisah yang menarik. Ada yang lucu, aneh dan nyeleneh (tapi bikin ketawa), ada juga yang mengharukan.

Salah satu iklan mengharukan yang saya kenang itu iklan yang berjudul "Bahagianya adalah Bahagiaku" yang dibuat oleh salah satu gerai perbelanjaan yang berkisah tentang seorang ibu/nenek yang sekilas nampak cerewet mengomentari kebiasaan anak dan cucunya yang nggak menghormati Ramadan. Iklannya dapat dilihat di sini.


Nampak raut kesal di wajah mereka terutama si cucu. Sedangkan wajah anak dan menantunya nampak pasrah dan bingung mau berbuat apa hingga suatu hari sang ibu tak sengaja curi dengan saat sang anak berkata, "kita bawa saja, yuk?" dan dijawab, "kamu yakin?"

Adegan yang bikin saya degdegan. Sumber youtube Ramayana
Adegan yang bikin saya degdegan. Sumber youtube Ramayana
Sebagai penonton, saya sudah berfikir, "haaa bakalan dimasukin ke panti jompo ini mesti!" eh, tahunya menjelang akhir tayangan pahamlah bahwa sesuatu terjadi pada si ibu yang membuatnya bersikap seperti itu. Saya kalau nonton iklan ini basah! Iya, tepatnya di sudut-sudut mata ala termehek-mehek gitu, hehe, nggak sampe nangis banget sih, cuma terharu gitu. 

Ada banyak lagi iklan Ramadan yang bergaya sama. Sebagai penonton sih saya senang bahwa sineas semakin kreatif mengemas tayangan iklan sehingga pesan sponsornya terasa soft. Oke, ini iklan favorit saya. Iklan Ramadan favoritmu, apa?

Penulis bagian dari Kompal.
Penulis bagian dari Kompal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun