Nggak banyak iklan zaman dulu yang saya ingat. Terutama yang tayang di TV. Paling memorable tentu iklan sebuah merek sirop yang tetap bertahan dan berinovasi sampai sekarang. Selebihnya, yang saya ingat itu iklan sarung dan iklan pusat perbelanjaan yang cukup beken di masanya.
Sekarang, dengan berkembangnya dunia digital, iklan tak terbatas yang tayang di TV saja. Mayoritas masyarakat sudah memakai smartphone yang terhubung dengan internet. Mereka pun rata-rata setidaknya menggunakan satu media sosial. Nah, inilah yang dibidik oleh pembuat iklan sehingga iklan dapat ditayangkan di sana.
Mengapa Beriklan di Dunia Maya Perlu?
Tentu saja karena jangkauan yang lebih luas. Pengguna internet di Indonesia itu per tahun 2019 telah mencapai 150 juta orang. Pihak sponsor tentu menganggap ini sebagai "ikan kakap" yang harus dikejar dan digarap. Dengan memilih beriklan di dunia maya, pihak sponsor juga dapat menakar target pasar agar lebih terarah.
Pernah nggak pas lagi enak nonton trailer film di youtube trus muncul iklan TV berbayar? Nah, pengaturan iklan semacam ini sudah dibuat sedemikian rupa dengan minat para penonton. Memang sih ada kemungkinan saat nonton tayangan memasak di youtube namun tiba-tiba dikasih iklan otomotif, tapi hal ini kecil sekali karena algoritma di sosial media itu sudah didesain sedemikian rupa agar cocok dengan penggunanya.
Gabungan kesemua poin di atas menjadikan para pengiklan lebih efisien dalam pengeluaran budget. Kalau di TV kan ada prime time di mana slot iklan di saat itu biasanya paling besar. Tapi tetap saja jangkauan penontonnya terlampau acak menurut saya. Nah, dengan beriklan di sosmed misalnya, target pasarnya lebih terukur sehingga dana yang dikeluarkan pengiklan juga lebih terarah.
Plot Twist Bukan Hanya Ada di Film
Sebagai tukang nonton, hampir semua genre film saya tonton. Dari yang bikin pintar sampe yang bikin bodoh --if you know what I mean hehe. Nah, mau apapun genre filmnya, jika dilengkapi dengan plot twist (alur yang "dipelintir" demi mengejutkan penonton), biasanya bikin saya betah nonton berlama-lama.
"Kalau plot twist mah biasanya genre horor atau thriller!" begitu kata teman saya dulu.
Oke, bicara soal iklan, beberapa tahun belakangan banyak sekali ya iklan-iklan bertema ramadan yang menarik. Mengenai iklan berbentuk video misalnya, bisa dibilang Indonesia sedikit terlambat jika dibandingkan dengan Thailand yang sering membuat iklan inspiratif dengan plot twist yang bisa bikin mata sembab.
Nah, di Samber THR 2 tahun lalu saya sempat membahas sebuah iklan menarik dari negeri tetangga lainnya --Malaysia, yang berkisah tentang Si Buta dan Si Bisu yang ingin mudik lebaran. Iklannya bagus banget dan mengharukan. Dalam hati saya berucap, "duh Indonesia mestinya bisa bikin iklan kayak gini."
Eh suara hati saya mungkin didengar oleh para sineas tanah air haha. Jadilah tak lama kemudian muncul iklan-iklan produk Indonesia dengan kisah-kisah yang menarik. Ada yang lucu, aneh dan nyeleneh (tapi bikin ketawa), ada juga yang mengharukan.
Salah satu iklan mengharukan yang saya kenang itu iklan yang berjudul "Bahagianya adalah Bahagiaku" yang dibuat oleh salah satu gerai perbelanjaan yang berkisah tentang seorang ibu/nenek yang sekilas nampak cerewet mengomentari kebiasaan anak dan cucunya yang nggak menghormati Ramadan. Iklannya dapat dilihat di sini.
Nampak raut kesal di wajah mereka terutama si cucu. Sedangkan wajah anak dan menantunya nampak pasrah dan bingung mau berbuat apa hingga suatu hari sang ibu tak sengaja curi dengan saat sang anak berkata, "kita bawa saja, yuk?" dan dijawab, "kamu yakin?"
Ada banyak lagi iklan Ramadan yang bergaya sama. Sebagai penonton sih saya senang bahwa sineas semakin kreatif mengemas tayangan iklan sehingga pesan sponsornya terasa soft. Oke, ini iklan favorit saya. Iklan Ramadan favoritmu, apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H