Ah Tao (Deannie Ip ) sudah bekerja selama 60 tahun sebagai pembantu rumah tangga dan mengabdi kepada 4 generasi di keluarga tersebut.
Kok bisa? iya, soalnya Ah Tao sudah sebatang kara sejak kecil dan dia sudah "bekerja" di keluarga tersebut sejak usia 10 tahun. Ke mana pun keluarga itu berpindah, dia selalu setia termasuk saat keluarga ini pindah ke Amerika Serikat.
Roger (Roger) adalah salah satu generasi dari keluarga majikan tempat ia mengabdi. Saat Roger membangun karir di bidang film berencana kembali ke Hong Kong, Ah Tao ikut serta.
Jadilah, Ah Tao tinggal berdua dengan pemuda berusia 30 tahun itu. Sehari-hari, Ah Tao memasakkan makanan enak, mencuci pakaian dan juga mengurus rumah.
Roger sangat terbantu dengan kehadiran Ah Tao hingga satu waktu Ah Tao terkena serangan stroke dan harus dirawat di rumah sakit.
"Saya harus mengundurkan diri," ujar Ah Tao.
"Tidak perlu, kau masih dapat tinggal bersamaku."
"Saya pikir, lebih baik tinggal di panti werda saja. Di sana ada yang merawat saya."
Roger terlihat gamang walau di satu sisi ia tahu bahwa itu keputusan yang terbaik. Roger kerap berpergian. Alih-alih dapat merawat Ah Tao, ia khawatir kondisi Ah Tao menjadi lebih buruk.
"Tapi mahal nggak ya biaya di panti itu?" tanya Ah Tao polos.
"Kau tak usah khawatir, aku akan mengurusnya."
"Tidak boleh. Kau harus simpan uangmu. Saya punya uang kok," sahut Ah Tao.
Walaupun terlihat cuek, dari beberapa adegan yang ada di film nampak sekali jika Roger sangat sayang dengan pembantu yang ia panggil bibi ini. Saat kemudian berada di panti werda dan penghuni lain bertanya statusnya, dengan mantab ia menjawab, "saya anak angkat beliau."
Di panti, kehidupan jadi lebih dinamis. Berbagai macam karakter penghuni panti ditampilkan dengan baik oleh sutradara Ann Hui.
"Toh di panti ada yang jaga, ngurus dan bahkan ada dokternya," ujar Ah Tao saat meyakinkan Roger.
Ingat film Ilo Ilo yang pernah saya ulas beberapa waktu lalu? nah, film A Simple Life ini bernapaskan hal yang sama. Hubungan majikan-pembantu digambarkan dengan begitu baik.
Sesuai judulnya, film yang diangkat dari kejadian nyata ini memang ditampilkan dengan sederhana. Adegan-adegannya begitu natural. Di beberapa bagian bikin senyum, ketawa, sedih dan terus berulang hingga akhir.
"Kau harus cari pembantu baru untuk mengurusimu," sahut Ah Tao.
Belum sempat Roger berkata, dia kembali berujar, "eh harusnya kau segera menikah, Roger!"
"Kau sendiri kenapa tidak menikah? ibu bilang tak sedikit pria tampan yang mau mendekatimu," timpal Roger.
"Ah, aku tidak suka dengan pria-pria itu. Mereka bau!"
"Alasan saja. Jangan-jangan kau suka sama ayahku, iya kan?"
Lalu, meledaklah tawa mereka. Ah, ini adalah salah satu adegan yang bikin hangat hati dan rasanya campur aduk.
Di satu sisi film ini nampak berjalan lambat dikarenakan sutradara memilih untuk menampilkan satu adegan dengan tempo pelan. Tapi, di sisi lain kadang sutradara melakukan lompatan yang cukup lebar saat kemudian ada hal-hal baru yang "menimpa" tokoh-tokohnya. Jadi, memang harus jeli sih.
Walau begitu, semuanya tidak mengurangi kenikmatan saat menyaksikan hubungan keduanya yang meninggalkan kesan manis saat kemudian menyelesaikan filmnya.
Film yang unjuk gigi di banyak penghargaan bergengsi seperti Venice International Film Festival, Golden Horse Awards, Hong Kong Film Critics Society Awards, Asian Film Awards dsb ini emang keren banget!
Skor 8,7/10