"Perasaan baru kemarin puasa, eh tahu-tahu udah lebaran aja."
Gimana? Apakah saya nggak sendirian merasakan hal itu? Hmm, saya kira, hampir semua orang pasti berfikiran yang sama. Pun, ketika hari pertama puasa, saya juga ngebatin, "ini gak kerasa nanti puasanya. Tahu-tahu udah lebaran aja." Dan, sebagaimana tahun-tahun lalu, pasti ada penyesalan karena merasa menyia-nyiakan Ramadan ini. Karena, tahun depan belum tentu bisa menjumpai, kan? Hiks.
Saya pribadi berusaha menjalankan ibadah dengan baik. Alhamdulillah puasa full. Sederhana, tapi mengingat banyak kerabat yang saya kenal baik tidak dapat menjalankan puasa (karena sakit, atau emang karena nggak mau), saya bersyukur sejak kecil sudah diajarkan/dilatih berpuasa oleh orang tua.
BACA JUGA:Â Om, Tukang Demo Itu Berpuasa Tidak? Kok Marah-marah?
Rajut Lagi Tenun Kebangsaan
Ramadan tahun ini spesial karena bertepatan dengan kontestasi politik. Ntah ya, sejak 2014 rasanya politik Indonesia ini kian memanas. Saya pribadi, banyak unfollow teman karena gerah dengan status-statusnya di sosial media. Tadinya, saya pikir setelah pemilu 2014 selesai, kami bisa kembali berkomunikasi.
Nyatanya? Sampai sekarang masih saja. Pun ketika pemilu 2019 berlangsung, sikapnya makin menjadi-jadi. Beberapa bahkan sampai saya unfriend dan blok. Toh saya berhak menjaga kewarasan diri saja juga kan? Ketimbang saya ngomel, misuh-misuh dan kadang suka gatal juga mau menanggapi, mending saya hide sekalian biar saya nggak lihat.
BACA JUGA:Â Puasa Bermedia Sosial Saat Ramadan? Apa Bisa?
Puncaknya, saat demonstrasi 22 Mei lalu, saya sedih banget, di tengah bulan Ramadan, eh aksi kekerasan masih saja ada. Belum lagi fitnah-fitnah yang bertebaran dan mengakibatkan beberapa orang harus mempertanggungjawabkan hoax yang dia buat. Susah memang jika kebencian sudah mengakar, gak bisa mikir panjang lagi.
Nah makanya, di momen yang fitri ini, semoga menjadi awalan yang baru. Ramadan memang sudah berakhir, dan ke depan kita harus saling memaafkan. Tentu saja dengan menyadari bahwa secuil apapun upaya yang dapat kita lakukan untuk kembali merajut kesatuan, maka itu akan berdampak besar bagi bangsa ini.
Caranya? Dengan menahan diri. Misalnya saja di momen lebaran ini, kita tidak dengan sengaja memancing topik sensitif saat bersilaturahmi. Alih-alih bermaafan, eh yang ada nanti malah saling bersihtegang. Bisa-bisa berantem.
So, selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin. Semoga kita akan dipertemukan lagi dengan Ramadan tahun depan. Amin ya Rabbal alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H